Skydrugz Radar 19 November 2021: Risk Based Capital Asuransi
Risk Based Capital atau RBC adalah rasio yang sangat penting untuk perusahaan asuransi. Rasio ini menjadi wajib diimplementasikan di industri asuransi sejak awal 1990an karena beberapa tahun sebelumnya banyak perusahaan perbankan dan asuransi di Amerika Serikat yang bangkrut akibat tidak punya benchmark modal dasar.
RBC adalah modal dasar minimal yang wajib dimiliki sebuah perusahaan asuransi berdasarkan level resikonya. Dengan adanya standar RBC maka perusahaan asuransi memiliki cukup dana untuk menjalankan operasi, melakukan underwriting, dan membayar klaim yang pada gilirannya akan melindungi nasabah dan investornya.
Menurut SK DJLK No. 5314/LK/1999, ada empat komponen yang perlu diperhatikan dalam metode perhitungan Risk Based Capital atau RBC, yakni:
- Schedule A–Asset Default atau Gagal Aset: untuk menghitung jumlah modal atau dana yang diperlukan guna mengantisipasi risiko penurunan nilai kekayaan dan/atau menghilangnya pendapatan yang bersumber dari kekayaan tersebut.
- Schedule B–Currency Mismatch atau Ketidaksesuaian Mata Uang: untuk menghitung jumlah modal atau dana yang diperlukan guna mengantisipasi risiko fluktuasi setiap jenis mata uang yang dapat memicu peningkatan jumlah kewajiban yang harus ditanggung perusahaan.
- Schedule C–Claim Experience Worse than Expected Atau Klaim yang Lebih Besar dari Perkiraan: untuk menghitung jumlah modal atau dana yang diperlukan guna mengantisipasi risiko perbedaan antara klaim yang diperkirakan dan klaim yang sesungguhnya diajukan
- Schedule D–Reinsurance Risk atau Resiko Reasuransi: untuk mengitung jumlah modal atau dana yang diperlukan guna mengantisipasi risiko reasuransi karena kesulitan keuangan dan mengakibatkan gagal memenuhi kewajibannya untuk membayar klaim.
Di Amerika Utara batas RBC minimal adalah 200%. Selama RBC di atas 200% maka tidak akan ada intervensi dari pemerintah. Namun jika RBC <200% maka regulator akan turun tangan dan melakukan intervensi.
Sedangkan di Indonesia batas RBC minimal adalah 120%. Jiwasraya di 2018, RBC nya minus 1431%. Wajar saja kalau Jiwasraya langsung kolaps. Dengan RBC minus sebesar itu, sudah mustahil untuk recover. Itulah mengapa pemerintah menutup Jiwasraya dan menggantikannya dengan IFG Life.
Berdasarkan data September 2020, RBC industri asuransi jiwa tercatat sebesar 507,1 persen, sedangkan RBC industri asuransi umum sebesar 324,9 persen. Artinya secara umum industri asuransi Indonesia masih kuat.
Asuransi ada 2 jenis yakni asuransi umum dan asuransi jiwa.
Adapun perusahaan asuransi jiwa dengan aset terbesar di Indonesia di Q1 2020 menurut Lifepal antara lain:
1. PT Prudential Life Assurance: Rp65,3 triliun, RBC 635%
2. PT AIA Financial: Rp53,47 triliun, RBC 592%
3. PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia: Rp47,86 triliun, RBC 982%
4. PT Asuransi Allianz Life Indonesia: Rp35,32 triliun, RBC 327%
5. PT Indolife Pensiontama: Rp31,59 triliun
6. PT AXA Mandiri Financial Services: Rp26,46 triliun, RBC 312%
7. PT BNI Life Insurance: Rp17,08 triliun, RBC 715%
8. PT Asuransi Jiwa Sequis Life: Rp16,89 triliun
9. PT Sunlife Financial Indonesia: Rp12,23 triliun
10. PT Avrist Assurance: Rp12,21 triliun
11. PT Panin Dai Ichi: Rp8,88 triliun, RBC 1482%
12. PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia: Rp7,87 triliun
13. PT Capital Life Indonesia: Rp7,64 triliun
14. PT Astra Aviva Life: Rp5,54 triliun
15. PT Asuransi Jiwa Taspen: Rp4,41 triliun
16. PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia: Rp2,29 triliun
17. PT Hanhwa Life Insurance Indonesia: Rp2,06 triliun
18. PT Asuransi Cigna: Rp1,74 triliun
19. PT Zurich Topas Life: Rp1,39 triliun
20. PT Asuransi Jiwa BCA: Rp1,23 triliun
Sedangkan Asuransi Umum dengan Aset Terbesar Q1 2021 di Indonesia adalah:
- Asuransi Tugu: 20 Triliun
- Asuransi Jasa Indonesia: 14,5 Triliun
- Asuransi Astra Buana: 13,43 T
- Asuransi Central Asia:
- Asuransi Sinar Mas: 44 Triliun
Skydrugz Bot Radar
New Project Akumulasi November Part 3 2021:
Saham | PBV | PER | PLAN | Harga |
KBLI | 0,51 | 23,54 | Bid 286, 284, 282 | 288 |
PTBA | 1,41 | 4.62 | Bid 2540, 2500, 2450 | 2540 |
KAEF | 1,90 | 115 | Bid 2400, 2350 | 2400 |
Guidelines saya dalam menggunakan Radar cek di sini
Banyak yang bertanya mengapa format radarnya sekarang berbeda. Sebenarnya alasan utamanya adalah practicality. Supaya lebih praktis saja. Apalagi dengan modal terbatas menurut saya lebih baik fokus di 3-5 emiten saja untuk diakumulasi dalam 1 bulan. Setelah cukup muatan baru pindah ke saham lain untuk diversifikasi. TOWR dan MIKA sudah stop saya akumulasi karena secara alokasi dana sudah melebihi target awal, jadi sekarang saya fokus ke PTBA KBLI dan KAEF dulu.
Untuk konsultasi perencanaan keuangan atau Financial Planning dari Certified Financial Planner Tim Pintarsaham.id bisa juga melakukan reservasi via Whatsapp +62 831-1918-138
Bila ingin mendaftar menjadi member Pintarsaham.id bisa hubungi Admin Pintarsaham.id via WA +62 831-1918-1386
Jika ingin membuat rekening sekuritas bisa chat via whatsapp nomor 083119181386
Sedangkan jika ingin Trading Kripto bisa daftar di sini
Jika anda menyukai artikel ini jangan lupa untuk berlangganan di Youtube Channel Pintar Saham dan nantikan video edukasi tentang saham di channel tersebut. Jangan lupa melihat Facebook Fan Page Pintar Saham Indonesia dan Instagram Pintar Saham @pintarsaham.id
Disclaimer :
Penyebutan nama saham (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, atau pun rekomendasi jual beli atau tahan untuk saham tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.