Skydrugz Corner 31 Juli 2021: Laporan Keuangan Q2 2021

Akhirnya musim Laporan Keuangan Q2 2021 datang juga. Sejauh ini saya baru memantau 122 emiten yang merilis laporan keuangan Q2 2021.

Bisa dikatakan emiten di IHSG sangat lambat rilis LK Q2 2021. Baru 17% emiten IHSG yang rilis LK Q2 2021. 83% sisanya sepertinya nyangkut di direktur keuangan masing-masing.

Dari 122 emiten yang sudah rilis LK Q2 2021, hanya 108 emiten yang mencetak laba. 14 emiten masih merugi. Adapun emiten yang merugi hingga Q2 2021 antara lain:

• HERO rugi 550 milyar, harga saham sudah naik 128% sejak awal tahun. Harga sekarang 1900
• ACST rugi 153 M, harga sudah anjlok 43% sejak awal tahun, harga sekarang 248
• BEKS rugi 101 M, harga anjlok 7% sejak awal tahun, harga sekarang 92
• ARTO rugi 46 M, harga naik 415% sejak awal tahun, harga sekarang 17.950
• DAYA rugi 21,9 M, harga anjlok 35% sejak awal tahun, harga sekarang 248
• KARW rugi 17 M, harga naik 38% sejak awal tahun, harga sekarang 104
• MTWI rugi 4,84 M, harga naik 104% sejak awal tahun, harga sekarang 123
• FITT rugi 3,8 M, harga naik 63% sejak awal tahun, harga sekarang 142
• BANK yang paling fenomenal. Rugi 3 milyar tapi harga saham naik 2300% sejak awal tahun

Dari 14 perusahaan yang merugi di Q2 2021, mayoritas harga sahamnya meroket. Hanya 6 emiten yakni ACST BEST CTBN GMTD dan BEKS yang harga sahamnya anjlok sejak awal tahun. 7 saham dengan LK merugi sisanya justru memiliki harga saham yang meroket. 1 saham tidur yakni BNBR.

IHSG memang bursa yang unik. Investornya juga unik. Saham – saham yang LK-nya merugi malah menjadi incaran utama para investor. Aneh tapi nyata. Tapi begitulah kehidupan di bursa Indonesia.

Banyak investor zaman now yang mulai berpikir kalau manajemen perusahaan di bursa sekarang tidak perlu lagi berlomba – lomba mencetak laba sebanyak – banyaknya karena buat apa juga mencetak laba, toh yang pada akhirnya meroket nanti malah saham yang LK-nya merugi. Saya tidak bisa menyalahkan kalau ada investor yang berpikir seperti itu karena faktanya memang menunjukkan hal tersebut.

Tapi apakah sebagai investor kita harus ikutan hype seperti itu? Well, itu semua tergantung appetite investor. Saya sendiri lebih memilih untuk investasi di perusahaan yang mencetak laba. Memang sih saya juga ada melakukan spekulasi di beberapa saham yang merugi tapi itu hanya sedikit alokasinya dari total portofolio. Be flexible but never all in.

Dari 108 emiten yang mencetak laba di Q2 2021, 40 emiten di antaranya sudah anjlok sejak awal tahun. Dan hanya 68 emiten pencetak laba yang harga sahamnya naik atau stagnan sejak awal tahun.

Emiten Pencetak Laba

Berikut ini adalah Top 25 Saham Pencetak Laba di Q2 2021 Dengan Return Tertinggi Sejak Awal Tahun

• Saham pencetak laba yang paling fenomenal adalah TFAS. Saham ini mencetak laba 14 milyar dan kenaikan harga saham sejak awal tahun mencapai 3000%. That’s crazy number.
• SRTG Saratoga yang mencetak laba 15 Triliun hanya mengalami kenaikan saham 168%.
• Kalau melihat data di atas ternyata not bad juga return perusahaan yang mencetak laba. MPMX yang turnaround pun ternyata memiliki return 42% sejak awal tahun.
• Don’t lose hope on fundamental. Dari data di atas juga kita bisa melihat bahwa pakem investasi kita tidak perlu berubah. Cukup fokus saja pada perusahaan yang mencetak laba karena pada akhirnya market akan mengapresiasi mereka.

Pencetak Laba Terbesar Q2 2021

• Laporan Keuangan Q2 2021 menunjukkan hasil yang mengejutkan. Ternyata pencetak laba terbesar di bursa sekarang bukan lagi BBCA tapi SRTG. Padahal di Q1 2021, laba terbesar dipegang oleh BBCA. Untuk pertama kalinya ini SRTG menjadi pencetak laba terbesar di bursa. Dengan pertumbuhan laba 800%, harga saham SRTG baru naik 168% sejak awal tahun. Menurut saya SRTG potensial jika melihat labanya. Meskipun memang laba SRTG adalah FVTPL alias mayoritas semu tapi menurut saya tetap not bad karena dividen dari entitas investasi mereka lumayan banyak apalagi jika nanti mereka berhasil menjual TBIG. Untuk tahu tentang laba FVTPL bisa baca postingan lama saya di sini.

Pertumbuhan Tertinggi

• ISSP menjadi perusahaan dengan pertumbuhan laba tertinggi di Q2 2021, dengan pertumbuhan laba yang mencapai 9500%, harga sahamnya hanya naik 78% sejak awal tahun. Dengan PBV masih 0,57 ISSP menurut saya masih undervalued
• SMBR menurut saya juga menarik. Harga saham SMBR sudah anjlok 45% sejak awal tahun padahal labanya tumbuh 100% di Q2 2021. Sayangnya valuasi PBV nya masih 1,71

Yang Menarik Apa?

• AALI menurut saya juga sangat menarik. Dengan valuasi PBV 0,79 AALI mencatat pertumbuhan laba 65% di Q2 2021 sedangkan harga sahamnya justru anjlok 35% sejak awal tahun.
• BDMN PPRE BBTN BTPN AUTO BNGA menurut saya sangat menarik secara PBV.

Saham Undervalued?

• Menurut saya semua saham di atas sangat menarik dan undervalued. Laba tumbuh dan valuasi masih sangat murah.
• Bahkan kalau mau mengurangi resiko bisa mencoba saham yang membagi dividen dari list di atas seperti MPMX BNGA SPMA BDMN AUTO SRTG
• LPLI MLIA ISSP SMDM CAKK MBSS tidak membagi dividen tapi ada potensi bagi dividen di masa depan jika mereka konsisten cetak laba.

Semua list di atas masih bisa berubah ketika ada lagi yang merilis Laporan Keuangan.

Jika ingin mendapatkan data analisis kuartalan bisa pesan di sini dan jika ingin mendaftar menjadi member Pintarsaham.id bisa ke link ini

Disclaimer:

• Penyebutan nama saham (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, atau pun rekomendasi jual beli atau tahan untuk saham tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.