The Photoshop Beta introduces several new features, but the highlight is the Generative Fill feature.

Kisah WSBP: Fall From Grace

Kisah WSBP: Fall From Grace

Beberapa hari lalu WSBP terkena Suspend karena mereka kesulitan bayar utang yang nilainya tidak sampai 5 milyar rupiah. Karena PKPU tersebut akhirnya WSBP dilarang untuk melakukan pembayaran utang apapun selama 45 hari ke depan. Akibat pelarangan tersebut maka kupon obligasi yang harusnya dibayar bulan ini, tidak bisa dibayarkan juga yang berakibat pada peringkat utang WSBP default.

Kalau kita mengambil hikmahnya, PKPU WSBP sebenarnya memberikan ruang bernapas untuk perusahaan agar bisa menata kembali dirinya. Berkat PKPU yang nilainya tidak sampai 5 milyar tersebut, WSBP bisa menunda dulu pembayaran kupon obligasi yang nilainya lebih dari 50 miliar rupiah.

Balance sheet WSBP di Q3 2021 memang manggenaskan. Cadangan kas sisa 40an milyar. Bisa menangis lihatnya. Sedangkan utang jangka pendek yang harus dilunasi lebih dari 7 Triliun. Jika bukan perusahaan anak BUMN, WSBP sebenarnya tinggal menunggu lonceng kematian.

Yang jadi pertanyaan kemudian adalah mengapa bisa WSBP berada pada kondisi seperti ini?

IPO

Untuk menjawab hal tersebut, kita perlu track back ke masa lalu ketika WSBP IPO pertama kali.

Mereka IPO di 2016 dengan harga awal 490 rupiah. Dana yang terkumpul mencapai 5,17 Triliun rupiah. Dana yang sangat jumbo untuk saat itu. Karena dananya jumbo maka Underwriter nya keroyokan semua Sekuritas BUMN seperti Mandiri Sekuritas, Bahana Sekuritas, Danareksa Sekuritas hingga BNI Sekuritas. Semua BUMN bahu membahu demi kesuksesan IPO WSBP.

Media nasional baik online maupun cetak pun membuat headline mengenai peristiwa penting tersebut. Tempo.co misalnya memilih judul “Baru Melantai di Bursa, Saham Waskita Beton Melesat 70 Poin”, ada pula Kontan yang menuliskan “Sehari Listing, Saham WSBP Langsung Melesat”.

Rencana awalnya adalah 44% dana IPO untuk kebutuhan belanja modal sedangkan 56% dana IPO akan digunakan untuk modal kerja, terutama untuk menyokong sejumlah proyek besar dengan model turnkey.

Dana IPO dipakai buat ekspansi besar – besaran. Plant dan batch baru didirikan di berbagai wilayah Indonesia. Semua itu dilakukan tanpa kontrol keuangan yang prudent.

Di 2016 ketika IPO, aset pabrik mereka hanya 1,9 Triliun. Di 2017 aset pabrik mereka jadi 3,1 Triliun.
Tapi utang mereka juga ikutan bengkak dari 3,3 Triliun menjadi 4,9 Triliun.

Cadangan kas di 2016 4,2 Triliun menjadi sisa 1 Triliun rupiah di 2017.

Jadi di 2017 setelah IPO ini terlihat tanda – tanda keanehan di WSBP. Total aset naik, tapi total utang juga naik, sedangkan cadangan kas makin berkurang.

Apalagi arus kas operasional perusahaan juga terus – menerus terbakar. Di 2016 minus 3 Triliun, sedangkan di 2017 minus 2,4 Triliun. Arus kas operasional perusahaan tidak cukup membiayai capex perusahaan.

Di 2016 dan 2017 WSBP mengaku mencetak laba masing-masing 635 miliar dan 1 Triliun tapi kondisi arus kas operasional perusahaan terbakar berat. Kondisi arus WSBP lebih bleeding cash dari startup.

Karena tidak sanggup membiayai capex menggunakan arus kas operasional, perusahaan terus – menerus ambil utang. Di 2016 utang WSBP hanya 3,3 Triliun rupiah. Sedangkan di 2020 utangnya menjadi 5,6 Triliun.

Sehingga kita bisa katakan kalau Waskita Beton IPO hanya untuk mengeringkan dana IPO dari investor.

Beberapa Masalah WSBP

1. Membagikan terlalu banyak dividen ketika perusahaan justru membutuhkan banyak dana untuk capex
2. Melakukan buyback saham terlalu cepat padahal valuasi saham masih overvalued
3. Jajaran direksi melakukan korupsi
4. Melaksanakan banyak proyek turnkey yang pembayarannya sangat lama
5. Gagal melakukan manajemen piutang dengan baik karena sangat banyak piutang macet
6. Membuat pabrik terlalu banyak sedangkan demand beton sudah menurun.
7. Mengambil utang terlalu banyak dengan bunga yang tinggi.

Pelajaran Yang Bisa Diambil dari WSBP

Kita harus berhati – hati dengan perusahaan yang mengambil banyak utang tanpa disertai dengan dukungan arus kas operasional yang memadai.

Dan harus lebih waspada lagi dengan perusahaan yang membagikan dividen dan melakukan buyback saham bukan dengan kas internal tapi dengan menggunakan dana utang. Ini justru menjadi beban baru untuk perusahaan.

Jadi jangan senang dulu melihat perusahaan bagi dividen dan melakukan buyback. Lihat dulu dari mana sumber uangnya.

Keputusan Jual dan Beli ada di Tangan Masing-masing. .

Jika ingin membuat rekening sekuritas bisa chat via whatsapp nomor 083119181386

Untuk bisa beli saham di Nasdaq seperti Google, Apple, atau Tesla maka bisa download aplikasi Gotrade di sini.

Beli Merchandise Kaos Pintarsaham.id di tokopedia.com/pintarsaham

Gunakan kode voucher PINTARSAHAM untuk dapatkan cashback 15%

Kalau niat buka tabungan Bank Jago untuk dapat cashback bisa klik link ini https://jadi.jago.com/3IfQIH

Kalau mau buka rekening Bank Neo Commerce untuk dapat cashback bisa pakai link ini https://s.bankneo.co.id/qPJh00 atau kode referal R35000

Bila ingin mendaftar menjadi member Pintarsaham.id bisa hubungi Admin Pintarsaham.id via WA +62 831-1918-1386

Sedangkan jika ingin Trading Kripto bisa daftar di sini

Kode referal Akun Binance SV06XFJZ

Jika anda menyukai artikel ini jangan lupa untuk berlangganan di Youtube Channel Pintar Saham dan nantikan video edukasi tentang saham di channel tersebut. Jangan lupa melihat Facebook Fan Page Pintar Saham Indonesia dan Instagram Pintar Saham @pintarsaham.id

Disclaimer :

Penyebutan nama saham (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, atau pun rekomendasi jual beli atau tahan untuk saham tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi

Share this post :
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *