Skydrugz Opinion: Lippo
Tahun 2019 menjadi tahun transformasi Lippo. Banyak yang mereka rombak. Tongkat estafet konglomerasi diberikan ke generasi ketiga.
Di bawah generasi satu dan dua, Lippo melakukan wide diversification. Semua lini bisnis mereka masuki. Semua anak usaha di IPO-kan. Makanya jangan heran banyak anak usaha grup Lippo yang listing di bursa, seperti:
Entah berapa banyak dana yang dikumpulkan oleh Lippo dari bursa selama ini dengan melistingkan belasan perusahaan. Dan itu hanya di bursa Indonesia. Karena Lippo juga memiliki beberapa anak usaha di bursa luar negeri. Benar – benar palugada.
Di bawah generasi ketiga, Lippo nampaknya mengambil pendekatan bisnis yang berbeda. Mereka cenderung fokus ke bisnis yang recurring income nya lebih pasti dan sustainable. Prinsip diversifikasi yang dulunya dipegang oleh pendiri Lippo berubah menjadi prinsip portofolio yang fokus. Bisnis yang tidak sejalan dengan prinsip utama perusahaan langsung dijual. MFMI sudah dijual ke Iron Mountain. LINK akan dijual ke EXCL. Dan nampaknya LPIN juga akan dijual di masa depan. Kenapa bisa?
Ciri – ciri Lippo ketika akan menjual sebuah perusahaan adalah jauh – jauh hari sebelum perusahaan tersebut dijual, maka dividen besar akan dibagikan secara royal. Bisa kita lihat dari histori pembagian dividen MFMI dan LINK. Beberapa tahun sebelum ada kabar penjualan perusahaan, dividen yang dibagikan oleh kedua perusahaan tersebut sangat bombastis. Dan akhirnya LPIN yang selama ini tidak pernah bagi dividen akhirnya mengumumkan akan bagi dividen. Menurut saya ini sebuah sign kalau di masa depan, LPIN akan dijual.
Lagipula LPIN bergerak di bidang bisnis yang berbeda jauh dengan rencana jangka panjang bisnis utama Lippo. Dalam jangka panjang Lippo akan fokus pada bisnis property, rumah sakit dan teknologi. LPIN adalah pembuat busi. Dan di masa depan busi bisa menjadi bisnis yang obsolete jika kendaraan listrik menguasai jalanan. Bisnis suku cadang kendaraan LPIN juga kalah jauh dari AUTO. LPIN juga ada bisnis MaxCoffee tapi nampaknya sulit menggeser bisnis Kopi Janji Jiwa.
Saat ini gerai kopi terbesar di Indonesia dikuasai oleh:
Sedangkan MaxCoffee di posisi 9 dengan 83 gerai.
Untuk busi, saat ini market leadernya adalah AUTO.
Sebagian besar asset Lippo Group terkonsentrasi di bisnis Property dan Teknologi.
Total Asset bisnis property Lippo LPKR mencapai 64 Triliun. Sedangkan asset di bisnis Teknologi mencapai 15,6 Triliun. Asset di NOBU mencapai 14,4 Triliun
Jadi tidak akan mengejutkan jika nanti setelah menjual MFMI, LINK dan mungkin juga LPIN maka dana hasil penjualan akan digunakan untuk ekspansi di bisnis properti, rumah sakit dan teknologi karena kita bisa melihat konsentrasi asset Lippo yang terbesar berada di kedua sektor tersebut. Bisa juga nanti sektor teknologi di kombo dengan sektor finansial dan ekspansi fintech.
Perusahaan dengan market capital terbesar di grup Lippo saat ini adalah:
NO | Saham | Harga | Marcap | Asset | PBV |
---|---|---|---|---|---|
1 | SILO | 8,325 | 13,535 B | 8,734 B | 2.24 |
2 | LINK | 4,600 | 13,171 B | 9,108 B | 2.70 |
3 | LPKR | 149 | 10,564 B | 64,401 B | 0.60 |
4 | MLPL | 555 | 8,125 B | 15,658 B | 2.71 |
5 | MLPT | 4,240 | 7,950 B | 2,408 B | 9.44 |
6 | NOBU | 1,335 | 5,865 B | 14,467 B | 3.90 |
7 | LPPF | 1,805 | 4,740 B | 6,319 B | 11.09 |
Dari daftar di atas kita bisa lihat bahwa SILO yang bergerak di industri rumah sakit menjadi perusahaan di grup Lippo dengan market capital terbesar. Dan menurut saya saham grup Lippo yang saat ini undervalued adalah LPKR. Menurut saya LPKR menarik karena mereka memiliki COO Rudy Halim yang dulu pernah menjadi direktur DSSA dan MPMX. Rudy Halim dulu masuk MPMX untuk mengembangkan bisnis logistik di MPM karena menurutnya logistik adalah salah satu industri masa depan. Namun mungkin karena beda visi dengan PSP, akhirnya dia mundur di 2018 lalu di 2019 pindah ke LPKR.
Bisa kita lihat bisnis logistik dan distribusi menjadi bisnis yang seksi di bursa. Proxy nya adalah ASSA dan TFAS. Tinggal tunggu waktu IMJS juga terintegrasi di dengan ekosistem Grab-EMTK-Salim.
Setelah mereka melakukan write off Meikarta, kini LPKR mulai lembaran baru. Secara GCG memang banyak yang meragukan Lippo karena mereka sudah beberapa kali melakukan write off. Sebelumnya mereka melakukan juga write off di MatahariMall. Itu yang membuat banyak investor ragu untuk berinvestasi di grup Lippo.
Kalau menurut saya, investasi di grup Lippo sebaiknya jangan all in. Maksimal 2% dari total portofolio. Dan untuk saat ini saya memilih saja LPKR sebagai tempat investasi grup Lippo.
Thesis utama saya investasi di LPKR adalah:
Namun menurut saya rally LPKR masih butuh waktu bertahun-tahun seperti yang terjadi pada MLPL. Sekitar 5 tahun downtrend dan sideways sebelum akhirnya rally. LPKR, entah kapan akan rally tapi saya punya firasat LPKR akan mengikuti MLPL. Parkir dulu di area gocap beberapa bulan atau malah beberapa tahun kemudian rebound.
Masalah utama yang menghambat LPKR rally adalah Meikarta dan Covid-19. Jika kedua masalah tersebut bisa teratasi dengan baik, maka menurut saya profitabilitas LPKR bisa kembali ke zaman keemasannya di masa lalu.
Jika ingin mendapatkan data analisis kuartalan dan mendaftar menjadi Nasabah Pintarsaham.id bisa ke link ini