Skydrugz Corner: Riwayat Harga CPO dan Perbandingan Laba Historis Emiten Sawit AALI x LSIP x DSNG x SSMS
Harga CPO dan laba emiten CPO saling terkait erat satu sama lain. Pada postingan kali ini saya ingin coba membandingkan antara laba perusahaan sawit tua dan laba saham sawit tua dan mengaitkannya dengan harga CPO.
AALI dan LSIP adalah dua emiten sawit paling tua di bursa. Mereka sudah listing sejak puluhan tahun yang lalu.
AALI IPO di 1997 sedangkan LSIP IPO di 1996. Jadi mereka berdua adalah representasi dari emiten sawit tua. Usia tanaman mereka masih banyak yang di atas 15 tahun dan bahkan ada tanaman mereka yang sudah ada sejak mereka IPO di 26 tahun yang lalu. https://bit.ly/3Rm50g2
Saya mengutip kata-kata Direktur Utama AALI yang mengatakan, bahwa ekspansi pembukaan lahan terakhir Astra Agro dilakukan 10 tahun silam. Sekitar 1/3 profil tanaman AALI saat ini telah ada sebelum Initial Public Offering (IPO) yang dilakukan pada 1997. Bisa baca di sini press releases nya https://cutt.ly/X5wJHG0
Sedangkan DSNG dan SSMS merepresentasikan dua emiten sawit yang masih muda dan segar. Usia tanaman sawit mereka rata-rata kurang dari 15 tahun. Usia prima. DSNG IPO di 2013, rata-rata usia tanaman 12,7 tahun. https://cutt.ly/R5wKFQr
SSMS juga IPO di 2013, rata – rata usia tanaman 13 tahun. https://cutt.ly/L5wKNN1
Kita bisa lihat disparitas usia tanaman yang sangat lebar antara angkatan tua (AALI dan LSIP) dengan angkatan muda (SSMS dan DSNG). https://bit.ly/3LsxlQJ
Selain usia tanaman, hal signifikan yang juga dapat mempengaruhi produksi sawit adalah luas lahannya. Saya pernah membuat tulisan perbandingan luas lahan sawit di artikel lama, bisa cek di sini. http://bit.ly/3EsrhFE
Harga CPO

Selama periode 2007 – 2014, range harga CPO adalah 1358 ringgit – 4486 ringgit.
Di masa itu puncak siklus CPO terbentuk 2008 dan 2011. Waktu itu DSNG dan SSMS belum IPO. Yang sudah IPO hanya AALI dan LSIP.

Selama periode 2012 – 2020 range harga CPO adalah 1863 RM – 3480 RM. Rata-rata 2671 RM.
Dan rekor all time high (ATH) CPO terjadi di 2022 ketika CPO menembus harga 7268 RM.
Naiknya harga CPO sampai >4000 RM itu sebenarnya kejadian yang extraordinary alias kejadian di luar kebiasaan. Selama bertahun-tahun range CPO itu hanya di kisaran 1800 – 3400 RM saja.
CPO harganya lagi bagus ketika harganya naik >3000 RM
Dan CPO harganya lagi jelek ketika harganya anjlok <3000 RM.
Jadi nanti kita lihat bagaimana laba historis perusahaan CPO ketika harga CPO >3000 RM dan ketika CPO < 3000 RM.
Kapan Harga CPO < 3000 RM
1. Harga CPO Periode Juli 2008 – Oktober 2010 (2 tahun 3 bulan)
Di periode Juli 2008 – Oktober 2010, harga CPO lebih sering bermain <3000 RM

2. Harga CPO Periode Agustus 2012 – Oktober 2016 (4 tahun 2 bulan)

3. Harga CPO Periode Februari 2017 – November 2019 (2 tahun 8 bulan)

4. Harga CPO Periode Januari – Oktober 2020 (10 bulan)

Kapan Harga CPO > 3000 RM
1. Harga CPO Periode Desember 2007 – Juli 2008 (1 tahun 7 bulan)

2. Harga CPO Periode Oktober 2010 – Agustus 2012 (1 tahun 10 bulan)

3. Harga CPO Periode Oktober 2016 – Februari 2017 (4 bulan)

4. Harga CPO Periode Oktober 2020 – Sekarang April 2023 (2 tahun 6 bulan and still counting)

Dari data harga CPO di atas kita bisa lihat bahwa CPO lebih sering bermain di harga < 3000 RM ketimbang bermain di harga >3000 RM. Sekarang mari kita lihat perbandingan Laba Emiten Sawit di tahun CPO >3000 RM dan di tahun CPO < 3000 RM.
Riwayat Laba AALI

- Kita bisa lihat bahwa laba tertinggi AALI justru terjadi di 2008 dengan laba 2,631 Triliun ketika harga CPO mixed.

- Laba terendah AALI di 2019 sebesar 244 miliar ketika harga CPO juga mixed.
- Di tahun ketika harga CPO > 3000 RM sepanjang tahun yakni 2011, 2021, dan 2022, AALI malah gagal cetak laba all time high.
- Tahun di mana AALI gagal cetak laba di atas 1 Triliun terjadi di 2020, 2015, dan 2019
- Dengan asumsi AALI kembali cetak laba terendah seperti di 2019 sebesar 244 miliar maka potensi valuasi jika PER AALI adalah PER 15 = 244 Milyar x 15 = 3,660 Triliun = setara dengan harga AALI 1901 rupiah. Terlalu rendah. Nampaknya market memang selalu berasumsi kalau AALI akan cetak laba minimal 1 Triliun tiap tahun
- Kalau di rata – rata laba AALI dari 2008 – 2022 adalah 1,820 Triliun
- Kalau pakai median laba AALI dari 2008 – 2022 = 2,017 Triliun
- Asumsi Laba AALI sesuai rata – rata 1,820 Triliun maka PER 7,5 AALI = setara dengan harga 7020 rupiah.
- Saya pakai asumsi valuasi PER 7,5 biar sesuai dengan separuh dari target valuasi PER 15 Benjamin Graham. https://bit.ly/3Ikj4Fw
Riwayat Laba LSIP

- Kita bisa lihat bahwa laba tertinggi LSIP justru terjadi di 2011 dengan laba 1,702 Triliun ketika harga CPO >3000 RM

- Laba terendah LSIP di 2019 sebesar 253 miliar ketika harga CPO mixed.
- Di tahun ketika harga CPO > 3000 RM sepanjang tahun yakni 2011, 2021, dan 2022, LSIP berhasil cetak laba all time high. Sayangnya di 2022, Laba LSIP lebih rendah dari laba 2011.
- Tahun di mana LSIP berhasil cetak laba di atas 1 Triliun terjadi di 2010, 2011, 2012, dan 2022. Jadi LSIP justru lebih sering cetak laba kurang dari 1 Triliun.
- Dengan asumsi LSIP kembali cetak laba terendah seperti di 2019 sebesar 253 miliar maka potensi valuasi jika PER LSIP adalah PER 15 = 253 Milyar x 15 = 3,795 Triliun = setara dengan harga LSIP 556 rupiah. Nampaknya market memang mengapresiasi LSIP dengan asumsi perusahaan bisa cetak laba hanya di kisaran 200 – 700 miliar saja.
- Kalau di rata – rata laba LSIP dari 2008 – 2022 adalah 830 Milyar.
- Kalau pakai median laba LSIP dari 2008 – 2022 = 769 Miliar
- Asumsi Laba LSIP sesuai rata – rata 830 milyar maka PER 7,5 LSIP = setara dengan harga 912 rupiah.
- Saya pakai asumsi valuasi PER 7,5 biar sesuai dengan separuh dari target valuasi PER 15 Benjamin Graham. https://bit.ly/3Ikj4Fw
Riwayat Laba DSNG

- Kita bisa lihat bahwa laba tertinggi DSNG terjadi di 2022 dengan laba 1,207 Triliun ketika harga CPO >3000 RM

- Laba terendah DSNG di 2019 sebesar 178 miliar ketika harga CPO mixed.
- Di tahun ketika harga CPO > 3000 RM sepanjang tahun yakni 2021 dan 2022, DSNG berhasil cetak laba all time high. Labanya naik sejalan kenaikan harga CPO
- Tahun di mana DSNG berhasil cetak laba di atas 1 Triliun terjadi di 2022. Jadi DSNG justru lebih sering cetak laba kurang dari 1 Triliun. Bisa cetak laba di atas 1 Triliun itu adalah kejadian langka untuk DSNG.
- Dengan asumsi DSNG kembali cetak laba terendah seperti di 2019 sebesar 178 miliar maka potensi valuasi jika PER DSNG adalah PER 15 = 178 Milyar x 15 = 2,670 Triliun = setara dengan harga DSNG 251 rupiah. Nampaknya market memang mengapresiasi DSNG dengan asumsi perusahaan bisa cetak laba hanya di kisaran 150 – 500 miliar saja.
- Kalau di rata – rata laba DSNG dari 2012 – 2022 adalah 481 Milyar.
- Kalau pakai median laba DSNG dari 2012 – 2022 = 427 Miliar
- Asumsi Laba DSNG sesuai rata – rata 481 milyar maka PER 7,5 DSNG = setara dengan harga 340 rupiah.
- Saya pakai asumsi valuasi PER 7,5 biar sesuai dengan separuh dari target valuasi PER 15 Benjamin Graham. https://bit.ly/3Ikj4Fw
Riwayat Laba SSMS

- Kita bisa lihat bahwa laba tertinggi SSMS terjadi di 2022 dengan laba 1,848 Triliun ketika harga CPO >3000 RM

- Laba terendah SSMS di 2019 sebesar 12 miliar ketika harga CPO mixed.
- Di tahun ketika harga CPO > 3000 RM sepanjang tahun yakni 2021 dan 2022, SSMS berhasil cetak laba all time high. Labanya naik sejalan kenaikan harga CPO.
- Tahun di mana SSMS berhasil cetak laba di atas 1 Triliun terjadi di 2021 dan 2022. Jadi SSMS justru lebih sering cetak laba kurang dari 1 Triliun. Bisa cetak laba di atas 1 Triliun itu adalah kejadian langka untuk SSMS.
- Dengan asumsi SSMS kembali cetak laba terendah seperti di 2019 sebesar 12 miliar maka potensi valuasi jika PER SSMS adalah PER 15 = 12 Milyar x 15 = 180 miliar = setara dengan harga SSMS di harga 18 rupiah. Nampaknya market memang mengapresiasi SSMS dengan asumsi perusahaan bisa cetak laba hanya di kisaran >500 miliar.
- Kalau di rata – rata laba SSMS dari 2012 – 2022 adalah 701 Milyar.
- Kalau pakai median laba SSMS dari 2012 – 2022 = 592 Miliar
- Asumsi Laba SSMS sesuai rata – rata 701 milyar maka PER 7,5 SSMS = setara dengan harga 551 rupiah.
- Saya pakai asumsi valuasi PER 7,5 biar sesuai dengan separuh dari target valuasi PER 15 Benjamin Graham. https://bit.ly/3Ikj4Fw
Kesimpulan
- Ternyata saham sawit tua dan saham sawit muda sama-sama mengalami laba terendah di 2019. Nanti kita cari tahu apa yang terjadi di 2019 sehingga semua perusahaan sawit kompak mencetak laba terendah
- Untuk saham sawit tua AALI dan LSIP dari 2008 – 2022 selalu konsisten cetak laba. Tidak pernah sekalipun merugi. Sama seperti halnya dengan saham sawit muda seperti SSMS dan DSNG juga tidak pernah merugi sejak 2012 – 2022.
- Di 2021 dan 2022, Laba saham sawit muda sudah melampaui laba saham sawit tua. Di 2021 SSMS hanya bisa mengalahkan laba LSIP sedangkan di 2022, SSMS berhasil mengalahkan laba AALI dan LSIP. Emiten DSNG pun mengalahkan laba LSIP di 2022.
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://cutt.ly/p8bNpqb
https://bit.ly/3SJLT0W
http://bit.ly/3MhGBr6
https://bit.ly/3LsxlQJ
https://bit.ly/3CJthZl
I am Not a Professional Financial Analyst and Advisor. Instrumen saham dan kripto adalah investasi yang beresiko tinggi. Resiko duit hilang 100% tetap ada. So be wise. Keputusan Jual dan Beli ada di Tangan Masing-masing. Disclaimer On.
Bila ingin mendaftar menjadi member Pintarsaham.id bisa hubungi Admin Pintarsaham.id via WA +62 831-1918-1386
Untuk mengetahui Data Kepemilikan Saham di bawah 5% maka bisa daftar gratis di link ini
Jika anda menyukai artikel ini jangan lupa untuk berlangganan di Youtube Channel Pintar Saham dan nantikan video edukasi tentang saham di channel tersebut. Jangan lupa melihat Facebook Fan Page Pintar Saham Indonesia dan Instagram Pintar Saham @pintarsaham.id
Disclaimer :
Penyebutan nama saham (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, atau pun rekomendasi jual beli atau tahan untuk saham tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi