The Photoshop Beta introduces several new features, but the highlight is the Generative Fill feature.

Skydrugz Corner: IPTV Jual Vision+ ke MSIN, Good Or Bad?

Skydrugz Corner: IPTV Jual Vision+ ke MSIN, Good Or Bad?

Di artikel sebelumnya saya membahas mengenai mengapa IPTV bisa anjlok lebih dari 80% dari titik puncaknya.

Namun di artikel tersebut saya lupa mengeksplorasi pengaruh aksi korporasi rencana penjualan Vision+ atau PT MNC OTT Network (OTT) ke MSIN atau MNC Studio.

Harga saham MSIN
Harga Saham MSIN dalam 308 hari terakhir

Kita tahu bersama MSIN yang merupakan anak MNCN baru – baru harga sahamnya terbang. Dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun, harga saham MSIN naik lebih dari 1300%.

Dan sudah menjadi kebiasaan saham di Indonesia sejak dulu kala, setelah harga saham naik lebih dari 1300% barulah muncul berita aksi korporasi bahwa PT MNC Studios International Tbk (MSIN) akan mengakuisisi tiga perusahaan afiliasi MNC Media dalam konsolidasi aset perseroan. Rencana strategis ini dilakukan untuk menciptakan sinergi antara konten, talent, media sosial, gaming dan platform distribusi ke dalam satu wadah terintegrasi. Metaverse ala HT.

Nantinya MSIN akan memiliki perusahaan distribusi digital lewat RCTI+ dan Vision+, ditambah dengan platform portal berita seperti Sindonews.com, Inews.id, Okezone.com, IDXChannel.com, Sportstar.id, Celebrities.id, dan BuddyKu.

Berdasarkan keterbukaan informasi, MSIN akan melakukan beberapa langkah berikut:

1. MSIN akan mengakuisisi 1.199.999 saham atau 99,99 persen saham PT MNC Digital Indonesia (MDI) dari PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dengan nilai nominal Rp1.000.000, dan total mencapai Rp1,99 triliun.

2. MSIN akan mengambilalih 584.999.999 lembar saham atau setara 99,99 persen saham PT MNC Portal Indonesia (MPI) dari MNCN dengan nilai nominal Rp1.000,- atau total Rp584,9 miliar.

3. MSIN akan mengakuisisi 799.999.000 lembar saham atau 99,99 persen saham PT MNC OTT Network (OTT) dari PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) dengan nilai nominal Rp1.000,- atau total Rp799,9 miliar.

Bayar Pakai Apa?

Total transaksi di atas akan mencapai sekitar 3,374 Triliun. Yang jadi masalah adalah cadangan kas MSIN hanya 588 milyar rupiah.

Sehingga MSIN membayar akuisisi tersebut dengan menggunakan promissory notes atau surat sanggup bayar kepada MNCN dan IPTV yang memiliki bunga sebesar 11,33 persen di setiap masing-masing nominal tersebut yang jatuh tempo pada 3 Desember 2026.

Jadi dengan demikian pembelian MNC OTT Network dari IPTV akan dibayar dengan dana 799,9 miliar + bunga 11,33% hingga 2026. Sehingga IPTV akan dapat dana sekitar 799,9 miliar + 362,51 miliar = 1,16 Triliun rupiah di tahun 2026. Jumlah yang sangat besar. Secara tidak langsung IPTV mendapatkan kas upfront di depan untuk menjual aset yang sebenarnya selama ini tidak terlalu signifikan pada IPTV.

Mengapa Asset MNC OTT Network tidak Signifikan Untuk IPTV?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita harus melihat sejarah awal mula MNC OTT Network bisa masuk ke IPTV.

Jadi awalnya MNC OTT Network itu bukanlah milik IPTV tapi milik MNCN.

Pada bulan Agustus 2016, Perusahaan membeli 99,99% atau sebanyak 999.000 lembar saham OTT dari PT. Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) pihak berelasi dalam transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali yang dicatat menggunakan metode penyatuan kepemilikan. Dan kita semua tahu MNCN ini adalah induk langsung dari MSIN. Jadi jika MSIN membeli MNC OTT Network dari IPTV, itu sama saja dengan MNCN membeli kembali aset lama yang telah mereka jual. Tapi MNCN membelinya secara tidak langsung melalui anak usahanya.

Jadi 2016 MNCN jual MNC OTT Network ke IPTV.

2022, IPTV Jual kembali MNC OTT Network ke MNCN via MSIN.

Pindah kantong kanan ke kantong kiri lalu ke kantong kanan lagi.

Tapi selama periode 2016 sampai 2021, IPTV terus menerus menyuntikkan modal ke MNC OTT Network.

  • Agustus 2016 suntik modal 4 miliar
  • 2018 suntik 20 milyar
  • 2019 suntik 253,4 miliar
  • 2020 suntik 143,4 miliar
  • 2021 suntik 146 miliar

Jadi IPTV ini lebih cocok disebut sebagai blackhole modal. Nyaris tiap tahun IPTV suntik modal terus. Per September 2021 total aset MNC OTT Network adalah 739 Milyar rupiah.

Dan nilai aset ini sangat kecil jika dibandingkan dengan aset anak usaha IPTV lainnya seperti:

  • Asian Vision Network aset 6,8 Triliun
  • Vision Network Nusantara aset 6,8 Triliun
  • MNC Kabel Mediakom aset 6 Triliun

Jadi melepas MNC OTT Network yang hanya memiliki aset 739 Milyar dan tiap tahun harus disuntik modal terus menurut saya adalah langkah cerdas IPTV. Kembalikan MNC OTT Network ke pemilik lamanya, MNCN via MSIN.

Apalagi aset tersebut dilepas dengan harga 799,9 miliar + bunga 11,33% hingga 2026.

Jadi IPTV dapat kas upfront plus bisa lepas dari anak usaha yang tiap tahun harus diberikan makan modal.

Total Asset MNC OTT Network 739 milyar vs Total Asset IPTV 11,6 Triliun rupiah vs Total Ekuitas IPTV 8 Triliun rupiah.

Melepas MNC OTT Network tidak terlalu signifikan pengaruhnya pada IPTV karena nilai asetnya tidak sampai 10% dari total ekuitas perusahaan.

Lagipula IPTV bisa mendapatkan keuntungan dengan melepaskan beban kehidupan yang selama ini menggerogoti mereka.

Sekarang beban tersebut dialihkan kembali ke pemilik lamanya yakni MNCN melalui MSIN.

Dan nampaknya karena MSIN tidak mau terbebani dengan beban utang yang besar maka promissory notes yang mereka terbitkan akan dibayar dengan dana dari right Issue.

Jadi tinggal kita tunggu saja apakah right issue MSIN akan sukses ditebus oleh investor ritel dan investor strategis ataukah hanya akan menjadi kisah right issue seperti di masa lalu.

Final Verdict

Menurut saya penjualan MNC OTT Network ke MSIN adalah langkah bisnis yang bagus karena IPTV bisa langsung cashout dari anak usaha yang selama bertahun-tahun harus diinjeksi modal terus.

Yang saya sayangkan adalah setelah menjual MNC OTT Network, IPTV malah investasi di Migo, another burning cash company. Nilai transaksinya mencapai 542 miliar rupiah demi mendapatkan 40% saham Migo.

Migo jumlah download di Playstore 100k sedangkan Vision+ yang dilepas jumlah download sudah 5 juta.

Menjual burning cash company untuk kemudian membeli another burning cash company. Entah ini langkah yang bagus atau malah langkah yang buruk.

Migo adalah perusahaan yang didirikan Barret Comiskey. Pendanaan awal dilakukan oleh Temasek. Model bisnisnya agak rumit menurut saya. Kita download aplikasi Migo, terus ke warung yang kerjasama dengan Migo, terus beli paket di sana, terus nonton. Ada banyak tahapan yang harus dilalui oleh konsumen untuk bisa mendapatkan keinginannya menonton. Model bisnis yang alurnya panjang seperti ini menurut saya akan kalah dengan model bisnis yang alurnya lebih simpel seperti Netflix dan Vidio yakni download aplikasi, bayar subscription, dan nonton.

Untuk mengembangkan Migo, IPTV harus kerjasama dengan banyak warung karena saat ini warung Migo baru ada di Banten, Jakarta, dan Jawa Barat. Menurut saya sulit melakukan scale up kalau hanya mengandalkan warung fisik. Bandingkan sama Netflix yang bisa memiliki 1 milyar konsumen tanpa harus bergantung pada warung fisik. Tapi mungkin saja di masa depan Migo akan memiliki model bisnis yang lain. Soalnya ada juga Migo yang bisnisnya menyewakan sepeda listrik. Yang Migo IPTV ini bisnisnya menyewakan film.

Tapi misi Migo ini sebenarnya bagus juga karena dengan bekerja sama dengan warung fisik maka itu sama artinya dengan upaya memberdayakan UMKM. Di masa depan jika proyek ini berhasil, maka sales Migo bisa dijadikan POS untuk MotionBank. Jadi nanti akan mirip BRI Link atau Agen BNI46 dimana kita bisa melakukan simpan dana, tarik dana hingga ambil pinjaman lewat agen BRI Link dan Agen BNI46. Dan warung – warung Migo bisa juga dijadikan seperti Edge Data Center untuk Data Delivery services. Dengan dukungan broadband dari IPTV maka Warung Migo bisa menghantarkan data besar dengan lebih cepat.

Mengorbankan duit 500 milyar demi mencoba bisnis baru. No pain, no gain. Lagipula dengan kerjasama dengan Migo, HT bisa punya koneksi dengan Barrett Comiskey dan juga bisa punya koneksi dengan Temasek dan Bain. Lagipula tahun lalu Migo mendapatkan pendanaan dari Raymond Zage yang sekarang Komisaris Gojek dan LPKR serta pendiri Farralon Capital Asia yang dulunya pernah memiliki BBCA, juga ikutan juga Steve Chen (pendiri YouTube), Pandu Syahrir (Komisaris SEA Garena), Provident Capital, dan Hysan Development, Vickers Ventures Capital serta Koh Boon Hwe.

You loss something to gain something.

Jadi tinggal kita tunggu saja apakah jual Vision+ demi beli Migo akan menjadi good investment atau malah bad investment.

IPTV harga sekarang 128 : PBV 0,69 : PER 15,82

Keputusan Jual dan Beli ada di Tangan Masing-masing. .

Jika ingin membuat rekening sekuritas bisa chat via whatsapp nomor 083119181386

Untuk bisa beli saham di Nasdaq seperti Google, Apple, atau Tesla maka bisa download aplikasi Gotrade di sini.

Kalau niat buka tabungan Bank Jago untuk dapat cashback bisa klik link ini https://jadi.jago.com/3IfQIH

Kalau mau buka rekening Bank Neo Commerce untuk dapat cashback bisa pakai link ini https://s.bankneo.co.id/qPJh00 atau kode referal BVRRL2 atau R35000

Untuk konsultasi perencanaan keuangan atau Financial Planning dari Certified Financial Planner Tim Pintarsaham.id bisa juga melakukan reservasi via Whatsapp +62 831-1918-138

Bila ingin mendaftar menjadi member Pintarsaham.id bisa hubungi Admin Pintarsaham.id via WA +62 831-1918-1386

Sedangkan jika ingin Trading Kripto bisa daftar di sini

Kode referal Akun Binance SV06XFJZ

Jika anda menyukai artikel ini jangan lupa untuk berlangganan di Youtube Channel Pintar Saham dan nantikan video edukasi tentang saham di channel tersebut. Jangan lupa melihat Facebook Fan Page Pintar Saham Indonesia dan Instagram Pintar Saham @pintarsaham.id

Disclaimer :

Penyebutan nama saham (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, atau pun rekomendasi jual beli atau tahan untuk saham tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.

Share this post :
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *