Skydrugz Corner: INDY LK Q3 2021, Rugi Besar, Bahaya?
PT Indika Energy Tbk atau INDY akhirnya rilis LK Q3 2021. INDY menjadi perusahaan coal yang paling telat rilis laporan keuangan padahal anak usahanya, PTRO, lebih dahulu merilis LK Q3 2021. Dan ternyata salah satu penyebab mengapa mereka telat rilis LK adalah karena LK mereka diaudit oleh Deloitte. Nampaknya audit Deloitte memang dibutuhkan terutama setelah mereka melakukan penjualan saham MBSS.
Banyak investor yang merasa kecewa dengan laporan keuangan INDY di Q3 2021 karena kalau hanya lihat rasio belaka maka yang terlihat hanyalah Indika rugi 120 milyar rupiah. Tapi kalau kita telusuri lebih dalam darimana sumber kerugian utama Indika, kita bisa melihat bahwa rugi mereka disebabkan oleh cutloss di MBSS. Kita tahu bersama INDY beli MBSS di kisaran harga 1600an. Dan jualnya di kisaran harga 600an. Dengan demikian rugi Indika akibat cutloss MBSS mencapai 98 juta dollar atau sekitar 1,39 Triliun rupiah. Nilai yang fantastis.
Namun terlepas dari rugi jual MBSS, menurut saya laporan keuangan INDY lumayan oke.
Neraca Aset
Dari neraca aset, INDY mengalami pertumbuhan cadangan kas dan piutang. Meskipun kas hasil penjualan MBSS belum masuk, Indika berhasil meningkatkan cadangan kas dari 615 juta dolar (Desember 2020) menjadi 712 juta dollar (Q3 2021). Bahkan kalau dibandingkan dengan LK Q3 2020, cadangan kas Indika naik >40%.
Yang terlihat meningkat drastis juga adalah piutang INDY. Semuanya berkat penjualan coal ke luar negeri. Dan yang luar biasa adalah dari piutang 640 juta dollar, yang macet hanya 1 juta dollar.
Utang INDY
Utang INDY di Q3 2021 sebenarnya tidak banyak berubah. Terutama untuk utang bank dan utang obligasi. Yang berubah drastis hanyalah utang pajak yang tembus 223 juta dolar. Nampaknya itu terkait erat dengan penjualan batubara Indika yang laris manis. Selama ini Indika utang pajak Indika yang paling besar terjadi di 2017 dan 2018. Ketika itu utang pajak Indika mencapai 2 Triliun lebih. Namun nampaknya rekor itu akan pecah karena hingga Q3 2021 utang pajak INDY sudah mencapai 3 Triliun.
Di 2017 dan 2018, utang pajak INDY lebih dari 2 Triliun karena revenue INDY di kedua tahun tersebut adalah Semua karena revenue INDY di kedua tahun tersebut 14 Triliun dan 42 Triliun.
Rekor revenue terbesar INDY adalah 42 Triliun dan itu terjadi di 2018. Sedangkan laba terbesar Indika adalah 4,3 Triliun dan itu terjadi di 2017. Jadi wajar saja kalau di tahun 2017 dan 2018 INDY membayar utang pajak di atas 2 Triliun.
Hingga Q3 2021, revenue INDY adalah 30,8 Triliun rupiah. Kurang 12 Triliun lagi untuk bisa memecahkan rekor revenue 2018.
Revenue INDY Q3 2021 belum memecahkan rekor tapi utang pajak sudah capai 3 Triliun lebih. Itu karena pajak dari penjualan aset MBSS plus pajak dari penjualan coal.
Laba INDY tanpa Rugi MBSS
Kalau kita exclude rugi one off loss dari cutloss MBSS, maka sebenarnya income statement Indika di Q3 2021 ini not bad.
- Revenue 30,8 Triliun
- Laba usaha 6,4 Triliun
- Beban keuangan 1,1 Triliun
- Pajak penghasilan 2,2 Triliun
Maka total laba bersih exclude MBSS adalah 89 juta dollar atau sekitar 1,2 Triliun rupiah.
Dengan Market Cap Indika 8 Triliun maka estimasi PER INDY (exclude rugi MBSS) adalah 6,66. PER Annualised (exclude rugi MBSS) adalah 5.
Sebagai perbandingan:
- PER ADRO 8,96
- PER PTBA 4,91
- PER ITMG 4,45
Arus Kas INDY
Arus kas INDY di Q3 2021 menurut saya salah sangat bagus. Dengan arus kas operasional mencapai 4,5 Triliun dan capex hanya 727 miliar, maka Indika punya banyak arus kas bebas yang bisa digunakan untuk membeli aset keuangan lain dan membayar utang.
Saking banyaknya arus kas mereka, Indika beli aset keuangan dari beberapa fund manager namun akhirnya cutloss juga. Saya terus terang heran dengan manajemen INDY yang sering cutloss. Apakah mungkin manajemen Indika suka sedekah?
Menurut hitungan saya arus kas bebas Indika di Q3 2021 sekitar 3,8 Triliun rupiah. Dan berpotensi menembus 5 Triliun di Q4 2021. Dengan market capital sekitar 8 Triliun maka menurut saya Indika masih undervalued.
Saking banyaknya duit Indika, mereka melakukan investasi juga di startup. Mulai dari Alpha JWC, Alpha Kenangan hingga Narada Sahara Kencana atau Adx Asia.
Buyback INDY
Manajemen INDY sudah melakukan buyback di harga 680-700 rupiah. Sayangnya nilainya sangat kecil. Hanya 7,5 juta lembar saham saja.
Di harga 1500, manajemen Indika yang melakukan buyback, masih cuan >100%.
Cadangan Batubara INDY
Cadangan batubara INDY yang utama adalah Kideco yang mencapai 569 juta ton. Dan per September 2021, Indika hanya gali 27,1 juta ton.
Nilai cadangan batubara INDY kalau harga jual coal 100 dollar adalah 56,9 milyar dolar atau sekitar 811 Triliun rupiah.
Namun jika harga coal 50 dollar maka nilai cadangan Batubara Indika adalah 405 Triliun rupiah.
Dengan demikian nilai cadangan batubara INDY berkisar antara 400-800 Triliun rupiah. Dengan asumsi tidak ada penemuan cadangan Batubara yang baru.
Final Verdict
Menurut saya Indika masih undervalued. Tapi akan lebih baik lagi jika bisa dibeli di kisaran harga buyback INDY yakni 600-700 rupiah.
Dengan asumsi harga coal tetap stabil di atas 70 dollar.
Keputusan jual dan beli ada di tangan masing-masing.
Jika ingin membuat rekening sekuritas bisa chat via whatsapp nomor 083119181386
Untuk bisa beli saham di Nasdaq seperti Google, Apple, atau Tesla maka bisa download aplikasi Gotrade di sini.
Kalau niat buka tabungan Bank Jago untuk dapat cashback bisa klik link ini https://jadi.jago.com/3IfQIH
Kalau mau buka rekening Bank Neo Commerce untuk dapat cashback bisa pakai link ini https://s.bankneo.co.id/qPJh00 atau kode referal R35000
Untuk konsultasi perencanaan keuangan atau Financial Planning dari Certified Financial Planner Tim Pintarsaham.id bisa juga melakukan reservasi via Whatsapp +62 831-1918-138
Bila ingin mendaftar menjadi member Pintarsaham.id bisa hubungi Admin Pintarsaham.id via WA +62 831-1918-1386
Sedangkan jika ingin Trading Kripto bisa daftar di sini
Kode referal Akun Binance SV06XFJZ
Jika anda menyukai artikel ini jangan lupa untuk berlangganan di Youtube Channel Pintar Saham dan nantikan video edukasi tentang saham di channel tersebut. Jangan lupa melihat Facebook Fan Page Pintar Saham Indonesia dan Instagram Pintar Saham @pintarsaham.id
Disclaimer :
Penyebutan nama saham (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, atau pun rekomendasi jual beli atau tahan untuk saham tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.