Saham vs Kripto: Kompetisi Memperebutkan Inflows

Pendahuluan

Januari 2020, Covid-19 menyerang dunia. Maret 2020, Covid-19 masuk Indonesia. Banyak yang kehilangan pekerjaan dan terpaksa WFH. Sehingga orang mulai mencari sumber pemasukan baru. Saham dan Kripto.

Saham vs Kripto

Saat ini terjadi kompetisi yang sengit antara pemilik bursa saham dengan pemilik bursa kripto. Masing-masing pemilik bursa ingin dana masyarakat ditempatkan di bursa mereka. Karena makin banyak dana masyarakat masuk maka semakin cuan pemilik bursa. Makin banyak yang transaksi, maka semakin cuan pemilik bursa.

Itu hal yang lumrah. Selama kompetisi dilakukan dengan cara yang sehat maka harusnya tidak masalah.

Selama ini memang selalu terjadi kompetisi Memperebutkan dana masyarakat. Deposito bank vs SBN (Surat Berharga Negara) vs Obligasi Korporasi vs Emas vs Saham. Dan kini muncul disruptor baru, kripto.

Lalu Apa yang Harus Dilakukan Otoritas Bursa Untuk Menarik Makin Banyak Dana Masyarakat?

Menurut saya yang paling utama adalah memastikan ekosistem bursa yang aman. Semakin aman bursa, maka semakin nyaman investor bertransaksi.

Segala bentuk manipulasi pasar harus di basmi. Banyak yang mulai meninggalkan bursa IHSG karena katanya terlalu banyak bandar dan harga saham lelet. Jauh lebih menarik kripto yang dalam sehari bisa naik lebih 100%.

Selain itu di saham katanya rentan terjadi manipulasi Laporan Keuangan beda dengan kripto yang tidak perlu analisis laporan keuangan dan valuasi. Harga kripto naik dan turun murni karena sentimen investor. Imajinasi bisa bebas bergerak liar.

Pekerjaan Rumah OJK dan BEI sangat banyak. Mulai dari memberantas aksi menggoreng saham hingga aksi menggoreng laporan keuangan. Jangan sampai GIAA AISA MYRX jilid 2 terjadi lagi.

Kalau dua hal ini gagal diberantas maka jangan kaget kalau nanti makin banyak investor saham lari ke kripto.

 

Share this post :
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *