PT Media Nusantara Citra Tbk (IDX: “MNCN” atau “Perseroan”) melaporkan pendapatan Q2-2024 sebesar Rp2.018 miliar, naik sebesar 1% YoY dari Rp2.004 miliar pada tahun 2023.
Meskipun pendapatan non-digital masih tertekan untuk kuartal ini, pendapatan lain dari digital dan berlangganan meningkat masing-masing sebesar 3% YoY dan 51% YoY. Selain itu, pendapatan konten bersih (penjualan konten pihak ketiga) juga mengalami peningkatan signifikan.
Pada H1-2024, total pendapatan konsolidasi PENDAPATAN (Dalam Miliar Rupiah) mencapai Rp4.346 miliar, turun hanya 2% YoY dari Rp4.446 miliar pada H1-2023.
Selama Q2-2024, MNCN mencatat pendapatan iklan sebesar Rp1.490 miliar, turun sebesar 10% YoY dari Rp1.661 miliar pada Q2-2023. Untuk mengatasi penurunan pada bisnis non-digital Perseroan,
MNCN saat ini mengambil langkah-langkah proaktif dengan mendiversifikasi operasinya melalui berbagai inisiatif baru dalam bisnis kunci lainnya.
Untuk H1-2024, Perseroan mencatatkan Rp3.375 miliar, mewakili penurunan sebesar 13% YoY dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Pada Q2-2024, pendapatan dari konten mencapai Rp507 miliar, meningkat sebesar 32% YoY dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan produksi konten original dan licensing library kepada pihak ketiga. Untuk pendapatan konten secara bersih (setelah eliminasi), pendapatan konten pihak ketiga pada Q2-2024 mencapai Rp313 miliar dari sebelumnya Rp193 miliar, yang merupakan peningkatan sebesar 62% YoY.
Selanjutnya, pada H1 2024, pendapatan konten setelah eliminasi mencapai Rp602 miliar dari Rp262 miliar, menunjukkan peningkatan sebesar 129% YoY.
Pendapatan berlangganan mencapai Rp189 miliar pada Q2-2024, meningkat 51% YoY dibandingkan tahun lalu, sementara secara QoQ, pendapatan berlangganan meningkat sebesar 45%. Hal ini didukung oleh perpaduan konten yang berkualitas t inggi seperti program olahraga (berbagai pertandingan sepak bola timnas Indonesia,
RCTI berbagai Premium Sports, dan EURO 2024), konten original, serta kemitraan dengan operator telekomunikasi, e-commerce, dan penyedia ISP yang mendorong pelanggan baru.
Untuk H1-2024, pendapatan berlangganan telah meningkat 28% YoY, dari Rp249 miliar menjadi Rp320 miliar.
Pada Q2-2024, beban langsung mengalami penurunan sebesar 6% YoY menjadi Rp1.112 miliar karena efisiensi pengadaan konten dan beberapa judul TV yang diproduksi di Movieland.
Movieland telah menyelesaikan 68% dari proses pembangunannya dan memiliki berbagai backlot dan fasad yang dapat digunakan untuk produksi konten. Selain itu, pada H1 2024, biaya langsung Perseroan mengalami penurunan sebesar 4% YoY menjadi Rp2.019 miliar dari Rp2.109 miliar
Pada Q2-2024, Perseroan melaporkan EBITDA sebesar Rp591 miliar, menunjukkan peningkatan sebesar 36% YoY dibandingkan tahun sebelumnya dengan margin EBITDA sebesar 29% (dari 22% pada Q2-2023).
Selain itu, Perseroan memperoleh laba bersih sebesar Rp307 miliar (peningkatan sebesar 101% YoY) pada periode yang sama, menghasilkan margin laba bersih sebesar 15%. Untuk H1-2024, EBITDA dan laba bersih tercatat sebesar Rp1.533 miliar dan Rp883 miliar, yang telah mengalami peningkatan secara absolut dan begitu juga margin dibandingkan dengan H1-2023.
Meskipun belanja iklan, khususnya di FTA TV belum pulih pada paruh pertama tahun 2024, MNCN berencana menayangkan beberapa tayangan in-house unggulan pada paruh kedua tahun 2024.
Program-program ini diharapkan dapat mendongkrak pendapatan Perseroan dan meningkatkan margin, serta menampilkan beragam pertandingan timnas Indonesia. Program special yang dijadwalkan untuk tayang pada H2-2024 adalah sebagai berikut.
Memasuki semester kedua tahun 2024, ada gambaran yang jelas bagi MNCN untuk akhirnya mencapai pertumbuhan positif tahun ini.
Meskipun pendapatan dari FTA TV terus menurun, aliran pendapatan utama lainnya untuk Perseroan telah menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Selain itu, kontribusi FTA TV terhadap total pendapatan adalah 41,3% pada Q2-2024 dan 45,8% pada H1-2024, menunjukkan bahwa sumber utama pendapatan MNCN kini sudah datang dari pendapatan non-FTA.