Bank Dengan Modal Inti Terbesar di IHSG
Dari hasil rekap terhadap 936 saham di IHSG, kita bisa lihat modal inti semua bank yang ada di IHSG. Bank yang ada di IHSG itu jumlahnya mencapai 47 emiten. Untuk rekap data Excel nya sudah saya share di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138
Lalu bank mana yang memiliki modal inti terbesar? Ini gampang ditebak. BBRI masih juara bank dengan modal inti terbesar mencapai Rp305,9 Triliun rupiah. Di sisi lain, bank dengan modal inti paling mini adalah BEKS, hanya sebesar Rp1,67 Triliun. Entah butuh waktu berapa tahun bagi BEKS untuk bisa kejar modal inti BBRI. Perlu upgrade skill ratusan kali ini ini manajemen BEKS.
Rata-rata modal inti di antara semua bank di IHSG berada di kisaran Rp32,70 Triliun. Ini karena modal inti 10 bank terbesar menutup semua modal inti bank mini. Jadi kalau pakai nilai rata – rata, tidak akan representative terhadap kondisi real modal inti bank yang ada di Indonesia.
Dari 47 bank yang ada di IHSG, hanya 11 bank berada di atas rata-rata (mean) modal inti sebesar Rp32,70 Triliun, yang setara dengan sekitar 23,4% dari total bank yang dianalisis. Sebaliknya, 36 bank berada di bawah rata-rata modal inti, yang setara dengan sekitar 76,6% dari total bank. Persentase ini menunjukkan bahwa mayoritas bank memiliki modal inti yang lebih kecil dibandingkan rata-rata, dengan hanya sebagian kecil yang memiliki modal inti yang lebih besar dari rata-rata. Ini artinya peta kekuatan bank yang ada di Indonesia sangat tidak berimbang. Bank kecil mustahil menang lawan bank besar.
Oleh karena itu kita pakai median saja. Dari nilai median-nya, yang menunjukkan titik tengah dari data, berada di Rp6,77 Triliun. Menariknya, 23 bank berada di atas nilai median ini, yang berarti mereka memiliki modal inti lebih besar dari Rp6,77 Triliun, sedangkan 23 bank lainnya berada di bawah median ini.
Jika melihat pada bank-bank dengan modal inti terkecil, lima yang paling mini adalah:
1. BEKS dengan Rp1,67 Triliun
2. PNBS dengan Rp2,87 Triliun
3. BANK dengan Rp3,10 Triliun
4. BNBA dengan Rp3,17 Triliun
5. BBSI dengan Rp3,26 Triliun
Bank-bank ini, meskipun masih memiliki modal inti >1 Triliun, tetap saja berada jauh di bawah bank-bank top-tier seperti BBRI dan BMRI. Mereka yang kecil – kecil ini nanti akan dipaksa merger, akuisisi, atau RI biar modal inti naik. Wajib upgrade skill.
Bank dengan modal inti besar seperti BBRI, BMRI, dan BBCA menunjukkan kekuatan finansial yang luar biasa, memungkinkan mereka untuk bertahan dan berkembang dalam kondisi pasar yang bergejolak. Sementara bank-bank di bawah median, seperti BMAS dengan Rp6,77 Triliun dan MCOR dengan Rp6,69 Triliun, meskipun besar, masih kalah jauh dibandingkan bank-bank top-tier tersebut.
10 bank dengan modal inti terbesar adalah:
1. $BBRI: Harga Rp4.830, Industri Bank, IPO pada 10 November 2003. PBV 2,39 ❌, PER 12,32 ✅, Laba Rp29,70 Triliun ✅. Return harga 1 tahun -12,58% ❌, Laba tumbuh 0,95% ✅, Dividend Yield 6,60% ✅. Modal Rp305,90 Triliun ✅.
2. $BMRI: Harga Rp7.075, Industri Bank, IPO pada 14 Juli 2003. PBV 2,60 ❌, PER 12,44 ✅, Laba Rp26,55 Triliun ✅. Return harga 1 tahun 21,98% ✅, Laba tumbuh 5,23% ✅, Dividend Yield 5,00% ✅. Modal Rp254,35 Triliun ✅.
3. $BBCA: Harga Rp10.325, Industri Bank, IPO pada 31 Mei 2000. PBV 5,29 ❌, PER 23,68 ❌, Laba Rp26,88 Triliun ✅. Return harga 1 tahun 11,02% ✅, Laba tumbuh 11,10% ✅, Dividend Yield 2,62% ✅. Modal Rp240,68 Triliun ✅.
4. $BBNI: Harga Rp5.300, Industri Bank, IPO pada 25 November 1996. PBV 1,36 ✅, PER 9,28 ✅, Laba Rp5,33 Triliun ✅. Return harga 1 tahun 16,48% ✅, Laba tumbuh 2,03% ✅, Dividend Yield 5,29% ✅. Modal Rp145,09 Triliun ✅.
5. $PNBN: Harga Rp1.215, Industri Bank, IPO pada 29 Desember 1982. PBV 0,58 ✅, PER 11,47 ✅, Laba Rp1,28 Triliun ✅. Return harga 1 tahun -10,66% ❌, Laba tumbuh -26,64% ❌, Dividend Yield 0,00% ❌. Modal Rp50,80 Triliun ✅.
6. BNGA: Harga Rp1.810, Industri Bank, IPO pada 29 November 1989. PBV 0,92 ✅, PER 6,68 ✅, Laba Rp3,41 Triliun ✅. Return harga 1 tahun 4,02% ✅, Laba tumbuh 5,38% ✅, Dividend Yield 6,78% ✅. Modal Rp49,57 Triliun ✅.
7. BDMN: Harga Rp2.570, Industri Bank, IPO pada 6 Desember 1989. PBV 0,51 ✅, PER 8,63 ✅, Laba Rp1,45 Triliun ✅. Return harga 1 tahun -14,33% ❌, Laba tumbuh -3,50% ❌, Dividend Yield 4,88% ✅. Modal Rp49,34 Triliun ✅.
8. BTPN: Harga Rp2.310, Industri Bank, IPO pada 12 Maret 2008. PBV 0,53 ✅, PER 9,91 ✅, Laba Rp1,24 Triliun ✅. Return harga 1 tahun -16,37% ❌, Laba tumbuh -15,13% ❌, Dividend Yield 1,92% ✅. Modal Rp46,11 Triliun ✅.
9. BRIS: Harga Rp2.620, Industri Bank, IPO pada 9 Mei 2018. PBV 2,98 ❌, PER 17,70 ❌, Laba Rp1,71 Triliun ✅. Return harga 1 tahun 53,67% ✅, Laba tumbuh 17,07% ✅, Dividend Yield 0,71% ✅. Modal Rp40,55 Triliun ✅.
10. BNLI: Harga Rp915, Industri Bank, IPO pada 15 Januari 1990. PBV 0,82 ✅, PER 10,82 ✅, Laba Rp1,53 Triliun ✅. Return harga 1 tahun -5,18% ❌, Laba tumbuh 8,74% ✅, Dividend Yield 2,73% ✅. Modal Rp40,49 Triliun ✅.
Bank-bank besar seperti BBRI, BMRI, dan BBCA mencatat laba bersih yang sangat tinggi, masing-masing mencapai Rp29,70 Triliun ✅, Rp26,55 Triliun ✅, dan Rp26,88 Triliun ✅. Sebaliknya, bank seperti BNLI dan BRIS memiliki laba yang lebih kecil, masing-masing hanya Rp1,53 Triliun ✅ dan Rp1,71 Triliun ✅, yang mungkin menunjukkan tantangan dalam efisiensi operasional atau pangsa pasar yang lebih terbatas menurut analisis Totomologi.
Dari segi valuasi pasar, BBCA dan BRIS memiliki PBV tinggi, masing-masing 5,29 ❌ dan 2,98 ❌, menunjukkan bahwa pasar menghargai aset mereka di atas nilai buku. Di sisi lain, ada enam bank modal inti gede dengan valuasi murah yang memiliki PBV < 1 atau PER < 15, yaitu:
1. BBNI: PBV 1,36 ✅, PER 9,28 ✅
2. PNBN: PBV 0,58 ✅, PER 11,47 ✅
3. BNGA: PBV 0,92 ✅, PER 6,68 ✅
4. BDMN: PBV 0,51 ✅, PER 8,63 ✅
5. BTPN: PBV 0,53 ✅, PER 9,91 ✅
6. BNLI: PBV 0,82 ✅, PER 10,82 ✅
Bank-bank ini menawarkan peluang investasi menarik dengan valuasi yang relatif rendah.
Selain itu, terdapat dua bank dengan PBV > 1, PER > 15, dan tetap membagikan dividen, yaitu BBCA dan BRIS. BBCA memiliki PBV 5,29, PER 23,68, dan dividend yield 2,62%, sementara BRIS memiliki PBV 2,98, PER 17,70, dan dividend yield 0,71%. Meskipun valuasi mereka tinggi, kedua bank ini tetap memberikan dividen kepada pemegang saham.
BRIS mencatat kenaikan harga saham yang sangat tinggi dalam setahun terakhir, sebesar 53,67% ✅, menandakan apresiasi pasar terhadap prospek pertumbuhan. Di sisi lain, BBRI dan BNLI mengalami penurunan harga saham masing-masing sebesar -12,58% ❌ dan -5,18% ❌, yang mungkin disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi atau kinerja operasional yang kurang memuaskan.
Dividend yield juga menjadi faktor penting. Bank seperti BBRI, BMRI, dan BNGA menawarkan dividend yield tinggi, masing-masing sebesar 6,60% ✅, 5,00% ✅, dan 6,78% ✅, menunjukkan kemampuan mereka untuk memperkaya investor.
Modal inti yang besar, seperti yang dimiliki BBRI, BMRI, dan BBCA, menunjukkan kekuatan finansial yang memungkinkan mereka mendanai ekspansi, bertahan dari krisis, dan mengambil peluang baru. Hajar terus jangan kasi ampun.