Asing Mengail di Air Keruh
4 September 2024, IHSG merah tapi investor asing malah sibuk belanja. Terpantau hari ini ada 46 saham yang massive dibeli investor asing di pasar reguler ketika IHSG merah membara. Itu artinya aseng memang demen belanja ketika investor ritel lokal ketakutan.
Prinsip investor Aseng itu sederhana yakni beli lah ketika investor lokal lari terbirit – birit. Sedangkan prinsip investor lokal juga sederhana yakni beli lah ketika investor asing lari kabur tanpa bayangan.
Investor Aseng saat ini sedang memonitor data payroll Amerika Serikat yang rencananya rilis Jumat minggu ini. Data payroll Amerika Serikat, atau Non-Farm Payrolls (NFP), adalah salah satu indikator ekonomi utama yang memberikan gambaran tentang kondisi pasar tenaga kerja di AS. NFP mengukur perubahan jumlah pekerjaan di sektor non-pertanian setiap bulan, dan angka ini digunakan untuk mengevaluasi kesehatan ekonomi secara keseluruhan.
Ketika data payroll naik, ini menunjukkan penciptaan lapangan kerja yang kuat, yang dapat diinterpretasikan sebagai tanda pertumbuhan ekonomi yang sehat dan tekanan inflasi yang meningkat.
Dalam kondisi seperti ini, The Fed mungkin mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga untuk mendinginkan ekonomi dan mengendalikan inflasi, yang menunjukkan tindakan yang ✅ baik dalam mengelola pertumbuhan ekonomi yang berlebihan.
Sebaliknya, jika data payroll turun, ini bisa menjadi indikasi penurunan aktivitas ekonomi dan melemahnya permintaan tenaga kerja, yang mengindikasikan kondisi ekonomi yang ❌ kurang baik.
Penurunan ini sering kali mendorong The Fed untuk menurunkan suku bunga sebagai langkah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dengan membuat pinjaman lebih murah dan meningkatkan konsumsi dan investasi.
Perubahan dalam data payroll memiliki dampak besar pada pasar keuangan karena dapat mempengaruhi keputusan kebijakan moneter, sehingga pasar saham, obligasi, dan forex sering kali mengalami volatilitas setelah rilis data ini. Dengan demikian, data payroll adalah alat penting untuk mengukur kesehatan ekonomi dan arah kebijakan moneter di AS.
Minggu ini, perhatian pasar tertuju pada data payroll AS dengan proyeksi penambahan 155.000 pekerjaan untuk bulan Agustus dan penurunan tingkat pengangguran dari 4.3% menjadi 4.2%.
Angka ini penting karena dapat memengaruhi keputusan The Fed untuk menyesuaikan suku bunga. Jika data payroll lebih baik dari ekspektasi, bisa jadi sinyal positif (✅) bagi ekonomi AS dan memperkuat dolar.
Namun, peningkatan ini dapat membuat The Fed menunda pemotongan suku bunga yang diantisipasi sebesar 25 basis poin menjadi 50 basis poin, yang berpotensi berdampak negatif (❌) pada pasar keuangan global.
Selain itu, pasar juga memantau fluktuasi mata uang dan harga minyak. Dolar AS menguat ke level tertinggi dua minggu terhadap euro, yang mencerminkan kekhawatiran pasar menjelang rilis data pekerjaan.
Harga minyak turun karena rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari mulai Oktober, yang bisa berdampak negatif (❌) pada harga minyak global. Sementara itu, indikator ekonomi lainnya seperti PMI Jerman menunjukkan penurunan yang tajam, menambah kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global.
Hari ini, IHSG ditutup di level 7,616.52, mengalami penurunan sebesar 78.01 poin atau 1.01% dibandingkan dengan penutupan sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa pasar saham Indonesia sedang dalam tren menurun yang cukup tajam sepanjang hari, seperti yang terlihat pada grafik yang menunjukkan penurunan konstan dari pagi hingga sore hari.
Penurunan ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal maupun internal, seperti sentimen global atau data ekonomi domestik yang tidak sesuai ekspektasi. Secara keseluruhan, pergerakan IHSG hari ini menunjukkan kinerja yang ❌ buruk.
Dari sisi aktivitas perdagangan, total transaksi di pasar mencapai 10.59 triliun rupiah dengan total volume 219.83 juta lot. Pasar reguler mencatat transaksi sebesar 8.68 triliun rupiah dengan volume 168.76 juta lot, sementara pasar negosiasi mencatat transaksi 1.90 triliun rupiah dengan volume 51.07 juta lot.
Frekuensi transaksi di pasar reguler mencapai 1.08 juta kali, menunjukkan likuiditas yang masih ✅ baik meskipun kondisi pasar secara umum sedang lesu. Tingginya volume dan frekuensi transaksi ini menunjukkan bahwa pasar masih aktif dengan banyak pelaku yang bertransaksi, baik untuk jual maupun beli.
Aktivitas investor asing menunjukkan bahwa terdapat pembelian bersih (net buy) sebesar 117 miliar rupiah di semua pasar, dengan pasar reguler mencatatkan net buy sebesar 127 miliar rupiah. Meskipun nilai net buy ini tidak terlalu besar, namun ini menunjukkan adanya ketertarikan investor asing untuk tetap masuk ke pasar Indonesia di tengah penurunan IHSG.
Aktivitas ini bisa dianggap sebagai indikator positif ✅ bagi kepercayaan investor asing terhadap pasar saham Indonesia, meski dengan volatilitas yang cukup tinggi.
Beberapa saham unggulan yang menarik perhatian investor asing dengan pembelian bersih tertinggi adalah BBRI (Bank Rakyat Indonesia) dengan net buy sebesar 308.35 miliar rupiah dan net foreign flow selama satu minggu mencapai 824.17 miliar rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa BBRI masih menjadi saham yang cukup menarik bagi investor asing, mungkin karena kinerja fundamental yang kuat atau prospek bisnis yang cerah. Saham ini terlihat ✅ baik karena tetap menarik di tengah pasar yang sedang turun.
Selain $BBRI, saham $BREN (Barito Renewables Energy Tbk) juga menunjukkan aktivitas net buy sebesar 71.35 miliar rupiah, dengan aliran dana asing selama satu minggu sebesar 392.34 miliar rupiah.
Saham-saham lain seperti $BBNI (Bank Negara Indonesia), $INDF (Indofood Sukses Makmur Tbk), dan ITMG (Indo Tambangraya Megah Tbk) juga mencatatkan net buy oleh investor asing, menandakan bahwa saham-saham ini masih memiliki daya tarik tersendiri ✅ baik di mata investor luar negeri, meskipun sentimen pasar sedang negatif.
Namun, tidak semua saham menunjukkan performa yang ✅ baik. Beberapa saham mengalami penurunan harga yang cukup signifikan dalam satu hari, seperti $PANI (Pantai Indah Kapuk Dua Tbk) yang turun sebesar 4.85% dengan net foreign buy/sell sebesar 6.82 miliar rupiah.
Penurunan ini bisa disebabkan oleh aksi ambil untung atau faktor fundamental yang melemah. Saham lain yang juga mengalami penurunan signifikan adalah BREN, PNBN (Bank Pan Indonesia Tbk), KKGI (Resource Alam Indonesia Tbk), dan PNLF (Panin Financial Tbk), dengan penurunan harga berkisar antara -4.65% hingga -3.05%. Penurunan ini menandakan kondisi yang ❌ kurang baik bagi saham-saham tersebut.
Selain itu, saham-saham seperti TPIA (Chandra Asri Pacific Tbk), PTPP (PP (Persero) Tbk), dan MYOR (Mayora Indah Tbk) juga mengalami penurunan harga dalam satu hari sebesar 1.56%, 1.24%, dan 1.14% masing-masing.
Penurunan ini bisa saja dipengaruhi oleh faktor teknikal atau sentimen pasar yang negatif terhadap sektor industri terkait. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi pasar sedang ❌ tidak stabil dan memerlukan kehati-hatian bagi para investor.
Meskipun IHSG dan beberapa saham mengalami tekanan jual yang cukup besar, ada beberapa saham yang masih menarik minat pembelian dari investor asing, menunjukkan adanya peluang di tengah kondisi pasar yang menantang.
Dalam situasi seperti ini, sangat penting bagi investor untuk tetap selektif dan cermat dalam memilih saham dengan fundamental yang kuat dan prospek jangka panjang yang baik ✅. Meskipun volatilitas tinggi, aktivitas beli bersih asing memberikan secercah harapan bahwa investor global masih melihat potensi di pasar saham Indonesia.