Hingga Juni 2024, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) telah memperoleh kontrak baru senilai Rp10,2 triliun, meningkat dari Rp9,4 triliun pada Mei 2024.
Kontrak baru ini didominasi oleh proyek gedung (50%) dan sumber daya air (32%), sementara sisanya berasal dari proyek jalan & jembatan, properti, manufaktur, dan EPC. Dari sumber pendanaan, 66% berasal dari pemerintah, 29% dari swasta, dan sisanya dari BUMN.
Dalam lini bisnis, 92% kontrak didominasi oleh engineering & konstruksi, 3% dari properti & hospitality, serta 5% dari manufaktur dan investasi & konsesi.
Kontrak besar yang diperoleh termasuk Jembatan Pulau Balang Bentang Pendek Tahap II, Hunian Pekerja Konstruksi Tahap II, Gedung Istana Wakil Presiden, serta Gedung dan Sarana Pendukung Asrama PSSI.
PT Adhi Karya (Persero) Tbk, yang memiliki kode ticker ADHI, adalah BUMN pertama di bidang konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak Maret 2004.
Selain fokus pada bisnis konstruksi dan engineering, ADHI juga bergerak di sektor properti & hospitality, manufaktur, serta investasi & konsesi.
Dengan tagline Beyond Construction, ADHI tidak hanya menyediakan jasa konstruksi tetapi juga jasa yang berkelanjutan untuk lingkungan, sosial, dan bisnis perusahaan.
ADHI berpartisipasi dalam berbagai Proyek Strategis Nasional seperti Tol Cisumdawu dan Tol Solo-Yogyakarta-Kulonprogo. ADHI juga memainkan peran penting dalam pembangunan infrastruktur IKN Nusantara dan proyek-proyek regional seperti North-South Commuter Railways di Manila, Filipina.