Skydrugz Corner: Mengapa Kakao Bank Bisa Menjadi Bank Digital yang Sukses?
Kakao Bank menurut saya adalah salah satu bank digital paling sukses bukan hanya di Korea Selatan tapi juga di dunia. Saya pernah membahas tentang Kakao Bank di artikel sebelumnya mengenai betapa besar laba Kakao Bank padahal baru berdiri di 2017.
Tapi di artikel sebelumnya, saya tidak membahas mengenai mengapa Kakao Bank bisa begitu profitable. Bank digital di Indonesia seperti Bank Jago (ARTO), Bank Neo Commerce (BBYB) dan SeaBank (SEA) sebenarnya bisa saja mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Kakao Bank agar bisa berhasil.
Dari artikel sebelumnya saya sudah menjelaskan beberapa fitur bank digital yang ada di Indonesia saat ini. Menurut saya, jika dibandingkan dengan BBYB dan SeaBank, Bank Jago memiliki fitur yang lebih komplit seperti kartu debit virtual yang bisa digunakan untuk pembayaran PayPal dan Apple. Cuma memang Jago, BNC, dan SeaBank secara umum fitur nya masih belum minim jika dibandingkan dengan Kakao Bank yang benar – benar full bank in application. Dari 3 bank tersebut, belum ada fitur yang bisa mengajukan pinjaman secara online dan remittance.
Lalu apa saja yang membuat Kakao Bank begitu sukses?
1. Ekosistem
Ekosistem Kakao awalnya terbentuk dari KakaoTalk dengan memanfaatkan momentum masuknya trend smartphone di 2009. JB Lee dan Brian Kim menangkap peluang itu dan mereka menjadi salah satu yang pertama merilis aplikasi chatting berbasis smartphone di Korea Selatan ketika belum banyak saingan yang memasuki niche tersebut. Di 2009-2010, mereka mengembangkan aplikasi KakaoTalk yang kemudian dirilis pada Maret 2010.
Enam bulan setelah dirilis, Kakao Talk mencatat 1 juta User. Dan fast forward di 2020, jumlah pengguna Kakao Talk sekarang menjadi 33 juta User aktif. Itu artinya sekitar 90% Penduduk korea Selatan adalah pengguna KakaoTalk.
Dengan user base seperti itu Kakao Talk menjelma menjadi super app yang tidak saja menyediakan layanan chatting tapi juga layanan musik, shopping, dan iklan.
Jadi KakaoTalk sudah menjadi seperti pasar tempat berkumpulnya nyaris semua orang Korea Selatan dan itu adalah ekosistem yang sangat besar. Kakao menjadi sangat besar karena berhasil meraih banyak pendapatan dari jualan iklan, stiker, game, musik dan berbagai hal lain.
Itu lah kenapa ketika mereka pertama kalinya membuat Kakao Pay di 2014, penggunanya langsung membludak. Di 2014 tidak banyak orang yang berpikir untuk membuat e-Wallet. Tapi Kakao lagi – lagi menjadi yang pertama di Korea Selatan yang membuatnya dan langsung tune in.
Dengan mengintegrasikan Kakao Pay ke KakaoTalk, proses adopsi ewallet di Korea Selatan berlangsung dengan sangat cepat. Apalagi ketika itu belum ada saingan Kakao Pay di bisnis e-Wallet. Sehingga bisa dikatakan itu sebagai one man competition. Tapi di 2015 muncul kompetisi dari Samsung Pay dan Naver Pay.
Di Indonesia sendiri, eWallet dan eMoney sudah ada sejak 2009-2010. Waktu itu pelopornya adalah Flazz BCA dan T-Cash, yang sekarang menjadi LinkAja. Tapi sayangnya BBCA dan TLKM kurang semangat dalam mengembangkannya dan akhirnya kalah dari eWallet OVO dan GoPay yang baru berdiri di 2016.
Kompetitor
Meskipun banyak saingan, Kakao Pay tetap menjadi market leader karena menjadi yang pertama kali berhasil melakukan scale up serta memiliki ekosistem user yang setia dan paling besar di Korea Selatan. Advantage ini yang sayangnya tidak berhasil dimanfaatkan oleh BBCA dan TLKM, meskipun sama – sama menjadi pemain pertama di bisnis eMoney Indonesia.
Per 2020, jumlah user teregistrasi Kakao Pay mencapai 35 juta orang. Sedangkan jumlah user Naver Pay 28 juta orang. Dan jumlah user Samsung Pay di Korea Selatan sekitar 16 juta orang.
Belum lagi kompetitor dari luar negeri seperti Apple Pay, Google Pay, Alipay hingga WeChat. Tapi di Korea Selatan, tak ada yang bisa mengalahkan Kakao Pay. Mereka fokus menjaga market share mereka di dalam negeri.
Setelah membuat Kakao Pay di 2014, Kakao menyadari adanya keterbatasan di layanan ewallet. Meskipun ewallet Kakao Pay dapat terlibat dalam transaksi jual beli online, Kakao Pay tetap harus menyimpan duit User ke bank lain. Padahal pooling dana user ini jika dikumpulkan maka jumlahnya bisa sangat besar. Dan bila disalurkan ke kredit pinjaman maka itu bisa menghasilkan value added.
Kakao Pay tidak punya lisensi untuk melakukan pooling dana dan menyalurkan pinjaman. Yang bisa melakukan hal tersebut adalah bank.
Kakao Bank
Oleh karena itu ketimbang bergantung pada bank lain, akhirnya Kakao memutuskan untuk mendirikan bank sendiri.
Jalan Kakao mendirikan bank digital pertama di Korea Selatan menghadapi jalan terjal. Tantangan paling utama adalah regulasi. Kakao Bank launching pertama kali di 2017. Tapi proses pendiriannya butuh waktu lama karena waktu itu belum ada payung hukum untuk bank digital full online di Korea Selatan. Sejak 2016, Kakao mengembangkan platform perbankan yang mengadopsi Alibaba dan Tencent serta sekaligus berdiskusi dengan pihak otoritas agar bisa mendapatkan payung hukum bank digital.
Dengan memiliki bank digital sendiri maka Kakao bisa mengendalikan semua layanan finansial mereka sendiri untuk meningkatkan end-to-end user experience.
Dan akhirnya setelah berhasil meyakinkan regulator, Kakao Bank berhasil launching di 2017 dan langsung mendapatkan 240.000 nasabah dalam 24 jam setelah launching.
Di 2021, jumlah nasabahnya sudah mencapai 17,17 juta orang atau 1 dari 4 penduduk Korea Selatan menggunakan Kakao Bank.
Keberhasilan Kakao Bank selain karena memiliki ekosistem yang besar tapi juga memiliki UI/UX yang superior serta mereka berhasil menemukan niche market yang tepat.
Kalau neobank digital baru biasanya fokus pada Gen Z, Kakao justru fokus pada market usia 30-50 tahun. Di mana di kelompok usia ini mayoritas sudah punya penghasilan bagus dan kemungkinan besar bisa bayar utang. Dengan begitu kualitas kredit Kakao Bank jauh lebih baik jika dibandingkan dengan neobank digital lainnya.
Itu terlihat jelas dari profitabilitas Kakao Bank yang lebih superior jika dibandingkan dengan neobank digital lainnya. Dua neobank digital yang dibanggakan di Amerika, Chime dan NuBank, masih kalah secara profitabilitas jika dibandingkan dengan Kakao. Namun yang keunggulan Chime dan NuBank adalah potensi user growth mereka masih sangat besar karena jumlah penduduk AS dan Brazil sangat banyak. Beda dengan Korea Selatan yang jumlah penduduknya tidak sebanyak AS dan Brazil. Potensi growth maksimal di pasar lokal hanya bisa sebanyak penduduk Korsel. Kecuali Kakao Bank mau melakukan ekspansi ke negara lain.
Baru 2 tahun berdiri, Kakao Bank sudah berhasil mencetak laba. Sebenarnya ini mengejutkan, bahkan bagi direktur nya sendiri. Tanpa memiliki kantor cabang yang harus di maintenance, cost untuk mengoperasikan Kakao Bank dapat ditekan. Semua layanan bank mulai dari simpan duit sampai ambil pinjaman, semua bisa dilakukan lewat smartphone. Bahkan sekarang mereka juga sudah membuka layanan Trading saham via Korea Investment and Securities. Dalam 10 hari launching, mereka memiliki langsung memiliki 350.000 akun trading. Proses pendaftarannya juga sangat mudah karena semua data sudah terintegrasi ke KakaoTalk dan Kakao Bank.
Merugi Untuk Membangun Infrastruktur dan Manpower
Dalam 2 tahun pertama setelah pendirian, Kakao Bank merugi karena mereka fokus pada pembangunan infrastruktur perbankan dan mencari Best talent untuk bisa mengembangkan produk perbankan terbaik bagi nasabah. Dalam salah satu wawancara, direktur Kakao Bank malah mengatakan sebenarnya mereka siap melakukan bakar duit hingga 5-7 tahun untuk market captures dan pengembangan infrastruktur. Namun ternyata dalam jangka waktu 2 tahun saja, Kakao Bank langsung bisa mencetak laba.
Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.
Di awal pendirian, Kakao Bank memakai strategi seperti yang dilakukan Bank Jago, SeaBank dan BNC. Menawarkan bunga deposito tinggi dan bunga pinjaman rendah. Di awal-awal, ini memang merugikan. Tapi begitu mereka berhasil mendapatkan basis nasabah lebih dari 10 juta orang, jalan menuju profitabilitas langsung terbentuk.
Dengan 17 Juta nasabah seperti saat ini, Kakao Bank bisa tetap melakukan ekspansi tanpa harus takut kehabisan dana. Karena cashflow yang mereka hasilkan cukup untuk ekspansi.

Direktur Kakao Bank mengatakan mereka belum berencana untuk melakukan efisiensi meskipun sudah berhasil mencetak laba. Mereka masih berniat melakukan ekspansi dan kalau perlu bakar duit lagi agar bisa meningkatkan market share. Saat ini market share loan Kakao Bank dan baru 6% dari total loan di Korea Selatan. Asal bisa mendapatkan 5-10% market share loan di Korea Selatan maka itu sudah cukup untuk mendanai ekspansi mereka ke luar negeri.
Di 2020 jumlah pinjaman yang disalurkan oleh Kakao Bank mencapai 20 Triliun Won atau sekitar 241 Triliun rupiah. Jauh lebih besar dari pinjaman yang disalurkan oleh BBTN, PNBN dan BNGA. Bank yang baru berdiri 4 tahun sudah punya skala bisnis sebesar itu.

Sebagai perbandingan jumlah pinjaman yang disalurkan oleh Bank di Indonesia di Q3 2021:
Saham | Pinjaman
yang Disalurkan |
---|---|
BBRI | 933,288 T |
BMRI | 930,478 T |
BBCA | 559,457 T |
BBNI | 521,277 T |
BBTN | 230,936 T |
BNGA | 160,295 T |
BTPN | 134,383 T |
BNLI | 116,037 T |
PNBN | 112,125 T |
NISP | 110,844 T |
BDMN | 100,077 T |
BJBR | 93,148 T |
Kalau mau Registrasi Bank Jago di sini dan kalau mau Registrasi Bank Neo Commerce di sini.
Jika ingin membuat rekening sekuritas bisa chat via whatsapp nomor 083119181386
Untuk bisa beli saham di Nasdaq seperti Google, Apple, atau Tesla maka bisa download aplikasi Gotrade di sini.
Kalau niat buka tabungan Bank Jago untuk dapat cashback bisa klik link ini https://jadi.jago.com/3IfQIH
Kalau mau buka rekening Bank Neo Commerce untuk dapat cashback bisa pakai link ini https://s.bankneo.co.id/qPJh00 atau kode referal R35000 atau BVRRL2
Untuk konsultasi perencanaan keuangan atau Financial Planning dari Certified Financial Planner Tim Pintarsaham.id bisa juga melakukan reservasi via Whatsapp +62 831-1918-138
Bila ingin mendaftar menjadi member Pintarsaham.id bisa hubungi Admin Pintarsaham.id via WA +62 831-1918-1386
Sedangkan jika ingin Trading Kripto bisa daftar di sini
Kode referal Akun Binance SV06XFJZ
Jika anda menyukai artikel ini jangan lupa untuk berlangganan di Youtube Channel Pintar Saham dan nantikan video edukasi tentang saham di channel tersebut. Jangan lupa melihat Facebook Fan Page Pintar Saham Indonesia dan Instagram Pintar Saham @pintarsaham.id
Disclaimer :
Penyebutan nama saham (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, atau pun rekomendasi jual beli atau tahan untuk saham tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.