Skydrugz Corner: JSMR
JSMR atau Jasa Marga adalah salah satu saham yang masuk dalam Skydrugz Radar edisi 27 Januari 2022.
Menurut saya Jasa Marga sudah cukup menarik untuk menjadi salah satu tujuan investasi karena beberapa alasan berikut.
Aset Tol Yang Banyak
Saat ini Jasa Marga menguasai market share sebesar 51% dari total jalan tol operasi di Indonesia, atau sepanjang 1.246 Km.
Dengan total asset tol mencapai 105 Triliun rupiah, JSMR menjadi operator tol terbesar di Indonesia. Dari 105 Triliun aset tersebut, 85 Triliun di antaranya adalah aset konsesi tol.
Yang menjadi kendala utama JSMR adalah meskipun memiliki aset konsesi tol yang sangat besar, perusahaan ini juga memiliki utang yang sangat besar, mencapai 65 Triliun rupiah.
Jika semua aset konsesi tol dijual maka itu cukup untuk bayar utang dan menyisakan uang sebesar 20 Triliun rupiah.
Sedangkan market cap JSMR sekarang di harga 3330 rupiah hanya 24,17 Triliun.
Oleh karena itu menurut saya JSMR di harga sekarang sudah fair priced jika membandingkan antara aset konsesi tol dengan utang serta market capital nya. Namun akan lebih menarik lagi jika market capital JSMR adalah di bawah 20 Triliun atau kisaran harga 2700-2750 rupiah. Karena dengan begitu market capital JSMR sudah lebih rendah dari aset bersih antara total konsesi dan total utang berbunga perusahaan.
Arus Kas Sehat
Dalam 10 tahun terakhir, JSMR selalu berhasil mencetak arus kas operasional yang sangat besar.
Tahun |
Arus Kas Operasional
|
12M 2020 | 1441 Milyar |
12M 2019 | 3405 Milyar |
12M 2018 | 910 Milyar |
12M 2017 | 4356 Milyar |
12M 2016 | 2245 Milyar |
12M 2015 | 1714 Milyar |
12M 2014 | 2108 Milyar |
12M 2013 | 2299 Milyar |
12M 2012 | 2126 Milyar |
12M 2011 | 2017 Milyar |
12M 2010 | 1765 Milyar |
12M 2009 | 1414 Milyar |
12M 2008 | 1308 Milyar |
Satu – satunya tahun di mana JSMR gagal mencetak arus kas operasional lebih dari 1 Triliun adalah di tahun 2018, ketika itu mereka hanya cetak revenue 910 milyar.
Sedangkan di tahun lainnya mereka selalu cetak arus kas di atas 1 Triliun rupiah. Tahun 2017 menjadi tahun di mana JSMR mencapai puncak kejayaan dengan mencetak arus kas operasional mencapai 4,3 Triliun rupiah.
Kendala JSMR
Namun meskipun memiliki aset yang besar dan arus kas operasional yang sehat, JSMR memiliki beberapa kendala.
Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, kendala utama JSMR adalah utangnya yang sangat besar. Dan Utang tersebut timbul karena capex perusahaan yang terlalu besar hingga melebihi total arus kas yang dimilikinya.
Tahun | Utang Milyarerbunga | Arus Kas Operasional | Belanja Modal |
12M 2020 | 64651 Milyar | 1441 Milyar | 21241 Milyar |
12M 2019 | 42876 Milyar | 3405 Milyar | 13896 Milyar |
12M 2018 | 33129 Milyar | 910 Milyar | 14254 Milyar |
12M 2017 | 33225 Milyar | 4356 Milyar | 10867 Milyar |
12M 2016 | 22735 Milyar | 2245 Milyar | 6009 Milyar |
12M 2015 | 17619 Milyar | 1714 Milyar | 3541 Milyar |
12M 2014 | 13713 Milyar | 2108 Milyar | 3559 Milyar |
12M 2013 | 13336 Milyar | 2299 Milyar | 4345 Milyar |
12M 2012 | 11585 Milyar | 2126 Milyar | 2760 Milyar |
12M 2011 | 9285 Milyar | 2017 Milyar | 2143 Milyar |
12M 2010 | 8866 Milyar | 1765 Milyar | 1907 Milyar |
12M 2009 | 6727 Milyar | 1414 Milyar | 1387 Milyar |
12M 2008 | 6123 Milyar | 1308 Milyar | 830 Milyar |
Bisa kita lihat dari tabel di atas, dari tahun ke tahun belanja modal atau capex JSMR bertambah secara eksponensial. Dari yang awalnya hanya 830 miliar di 2008, menjadi 21 Triliun di 2020. Itu artinya JSMR terus – menerus menambah aset tol nya.
Sayangnya penambahan aset tol tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan arus kas operasional perusahaan sehingga belanja modal perusahaan harus dibiayai dengan menggunakan utang.
Kita bisa lihat pertambahan utang JSMR dari yang awalnya hanya 6,1 Triliun rupiah di 2008, kini menjadi 64 Triliun rupiah. Jika arus kas perusahaan hanya 1,4 Triliun rupiah maka butuh waktu 60-70 tahun untuk melunasi semua utang tersebut sedangkan konsesi tol hanya berlangsung antara 20-35 tahun. Itu artinya utang tidak akan lunas meskipun konsesi tol tersebut sudah habis duluan.
Oleh karena itu untuk mengatasi kendala tersebut maka JSMR harus meningkat arus kas perusahaan hingga setidaknya 2,5-4 Triliun rupiah agar utang perusahaan bisa lunas dalam jangka waktu 20-30 tahun ke depan. Apalagi Interest Coverage JSMR sekarang nilainya tidak sampai 3. Itu artinya JSMR sedang mengalami kesulitan likuiditas. Arus kas operasional perusahaan hanya bisa cover 17% dari total kewajiban lancar perusahaan. Sehingga praktis modal kerja perusahaan berasal dari utang.
Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut maka JSMR bisa jatuh dalam masalah seperti WSKT dan GIAA yang terlilit banyak utang hingga sulit membayarnya.
Ada 4 jalan untuk mengatasinya:
- Meningkatkan arus kas operasional tapi ini bergantung pada volume kendaraan dan tarif tol yang mustahil untuk mereka kendalikan.
- Menjual aset yang tidak produktif atau melakukan efisiensi di berbagi lini operasi.
- Melakukan right issue.
- Melakukan restrukturisasi utang untuk mendapatkan bunga murah
Keputusan Jual dan Beli ada di Tangan Masing-masing. .
Jika ingin membuat rekening sekuritas bisa chat via whatsapp nomor 083119181386
Untuk bisa beli saham di Nasdaq seperti Google, Apple, atau Tesla maka bisa download aplikasi Gotrade di sini.
Beli Merchandise Kaos Pintarsaham.id di tokopedia.com/pintarsaham
Gunakan kode voucher PINTARSAHAM untuk dapatkan cashback 15%
Kalau niat buka tabungan Bank Jago untuk dapat cashback bisa klik link ini https://jadi.jago.com/3IfQIH
Kalau mau buka rekening Bank Neo Commerce untuk dapat cashback bisa pakai link ini https://s.bankneo.co.id/qPJh00 atau kode referal R35000
Bila ingin mendaftar menjadi member Pintarsaham.id bisa hubungi Admin Pintarsaham.id via WA +62 831-1918-1386
Sedangkan jika ingin Trading Kripto bisa daftar di sini
Kode referal Akun Binance SV06XFJZ
Jika anda menyukai artikel ini jangan lupa untuk berlangganan di Youtube Channel Pintar Saham dan nantikan video edukasi tentang saham di channel tersebut. Jangan lupa melihat Facebook Fan Page Pintar Saham Indonesia dan Instagram Pintar Saham @pintarsaham.id
Disclaimer :
Penyebutan nama saham (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, atau pun rekomendasi jual beli atau tahan untuk saham tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi