Tuesday, July 8, 2025
No menu items!
Google search engine
HomeInsightPGEO Sumber Laba dari Real Cash Bukan Revaluasi Aset

PGEO Sumber Laba dari Real Cash Bukan Revaluasi Aset

Kontributor utama anjloknya laba PGEO tahun 2024 adalah kenaikan beban yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan pendapatan. Pendapatan nyaris stagnan, cuma naik 0,2% dari USD 406,3 juta (2023) ke USD 407,1 juta (2024), tapi beban-beban mereka naik cukup agresif.

COGS (Beban Pokok Pendapatan) naik dari USD 158,4 juta menjadi USD 164,9 juta (+4,1%). Ini langsung menekan gross profit. SGA (General & Admin) lompat dari USD 26,2 juta ke USD 31,5 juta (+20,2%). Ini termasuk biaya karyawan, jasa profesional, dan biaya umum lainnya. Kenaikan ini menggerus operating profit lebih dalam.

Beban bunga naik dari USD 24,2 juta ke USD 32,1 juta (+32,6%). Ini akibat bunga utang obligasi hijau yang full-year dibukukan di 2024, sementara tahun 2023 masih parsial.
Pendapatan keuangan memang naik dari USD 22,2 juta ke USD 33,6 juta (+51%), tapi tetap tidak cukup menutupi lonjakan beban operasional dan bunga.

Laba usaha turun dari USD 226,1 juta ke USD 210,3 juta (-7%), dan itu merembet ke laba sebelum pajak dan laba bersih. Beban pajak penghasilan memang turun dari USD 77,4 juta ke USD 67,9 juta (-12%), tapi lagi-lagi tidak cukup menahan penurunan laba sebelum pajak.

Jadi, kombinasi antara pendapatan yang stagnan dan biaya-biaya yang naik signifikan—khususnya di COGS, SGA, dan bunga—adalah penyebab utama turunnya laba bersih PGEO dari USD 163,6 juta (2023) menjadi USD 160,3 juta (2024). Turun tipis secara nominal, tapi itu menunjukkan tekanan margin yang serius dan efisiensi yang makin menurun.


Kalau ngomongin soal cashflow PGEO tahun 2024, justru ini bagian yang paling bikin lega tapi nyesek, bahkan lebih sehat dari laporan laba rugi yang kelihatan mulai ngos-ngosan. Laba boleh turun, margin boleh terkikis, tapi cashflow dari operasional masih kinclong dan konsisten.

Cashflow dari aktivitas operasi (CFO) di 2024 tercatat USD 258,3 juta, naik sedikit dari tahun 2023 yang sebesar USD 255,2 juta. Artinya, meskipun laba bersih turun dari USD 163,6 juta ke USD 160,3 juta, kas yang masuk dari kegiatan inti malah naik. Ini langsung ngasih sinyal bahwa laba PGEO gak akrual doang, tapi benar-benar didukung oleh uang tunai yang masuk. Jadi kalau orang tanya, “laba lo beneran atau akuntansi doang?” PGEO bisa jawab, “sini gue tunjukin cash-nya.”

Namun, kalau kita geser ke sisi cashflow investasi, terlihat ada pengeluaran yang lebih dalam. Arus kas dari investasi (CFI) di 2024 minus USD 100,9 juta, membengkak dari minus USD 78,5 juta tahun sebelumnya. Ini terutama karena PGEO lagi rajin belanja modal (capex)—aset tetap mereka naik dari USD 1,94 miliar ke USD 2,02 miliar. Jadi duitnya habis buat ngebor sumur baru atau bangun fasilitas baru. Bisa dibilang, ini pengeluaran “sehat”, asalkan proyeknya nanti bisa hasilin duit juga.

Di sisi cashflow pendanaan (CFF), tahun 2024 PGEO malah net outflow sebesar USD 191,1 juta, kebalikan dari tahun 2023 yang net inflow USD 238,9 juta. Kenapa bisa berubah drastis? Karena di 2023 mereka terima dana segar dari IPO dan penerbitan green bond, sementara di 2024 giliran mereka bayar dividen (USD 128,4 juta) dan cicilan utang. Jadi 2024 adalah tahun “keluar uang” buat pemegang saham dan kreditur.

CFO tetap tinggi → operasional tetap kuat
CFI meningkat negatif → belanja aset tetap naik
CFF negatif → bayar utang dan dividen besar

Lalu, free cash flow (CFO – Capex) turun dari sekitar USD 187 juta ke USD 155 juta. Turun ~17%. Tapi ya tetap positif dan cukup besar, jadi PGEO masih punya ruang buat bayar utang, bagi dividen, dan simpan kas.

Jadi cashflow PGEO sehat banget. Meskipun laba turun, cash-nya tetap mengalir deras. Bahkan kalau laba bersihnya gak ditulis pun, orang bisa tahu ini perusahaan menghasilkan duit dari core business-nya. Kalau ibarat orang, PGEO ini lagi ngerasa capek (laba turun), tapi dompetnya tetap tebal.

Bisa dikatakan laba PGEO sangat wajar dan bukan hasil financial engineering. Meskipun memang anjlok karena kegedean gaji.

Gak ada akrobat akuntansi, gak ada revaluasi aset, gak ada fair value adjustment, gak ada one-off gain dari jual beli aset, dan gak ada laba siluman dari entitas asosiasi. Yang ada cuma: mereka jual listrik panas bumi ke PLN, PLN bayar, dan hasilnya tercatat sebagai pendapatan. Dari situ dikurangi biaya-biaya (bahan bakar, operasi, gaji, bunga, pajak), sisanya jadi laba. Selesai. Bersih, simpel, dan membumi—dalam arti sebenarnya.


Kalau kita periksa lebih dalam maka kita bisa lihat revenue PGEO USD 407 juta murni dari penjualan listrik dan jasa operasi-geothermal. Tidak ada item revaluasi di laba rugi. Penghasilan komprehensif lain (OCI) justru minus, bukan positif. Jadi tidak ada nilai wajar yang diam-diam “menyuntik” laba.

Cashflow dari operasional (USD 258 juta) bahkan lebih besar dari laba bersih (USD 160 juta), artinya tidak ada akrual-akrual manipulatif atau pengakuan laba tanpa kas. Pos-pos non-operasional seperti pendapatan entitas asosiasi atau hasil investasi keuangan juga sangat kecil atau malah rugi. Jadi gak ada penyumbang laba dari luar core business.

Kalau perusahaan lain bisa bikin laba melonjak lewat revaluasi tanah kosong atau properti investasi yang tiba-tiba “naik nilai”, PGEO gak main begituan. Laba mereka datang dari bisnis inti dan di-backup oleh cash flow nyata. Ini bukan “angka kertas” yang cantik di Excel tapi kosong di kas. 

Jadi bisa dibilang: yes, laba PGEO itu sah, jujur, dan sehat. Bukan hasil sulapan akuntansi, bukan hasil revaluasi gedung tak terpakai, dan bukan dari naiknya harga portofolio saham anak usaha. Ini murni laba dari kerja, bukan dari ngedit laporan.

Jangan lewatkan kesempatan ini—klik link berikut sekarang dan raih keuntungan lebih maksimal! https://bit.ly/PriorityMemberships

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Latest Post

Most Popular

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments