Pernah gak kamu sibuk mencari sesuatu? Ketika ketemu eh ternyata sesuatu itu ga berdampak signifikan terhadap kebahagiaan kamu secara keseluruhan?? hmm,, di saham bisa gitu juga ternyata.
Sibuk nyari saham yang “bagus” berdasarkan analisis yang dibuat eh malah harga sahamnya ga naik-naik. Lamaa banget nunggu.
Ujung-ujungnya yang naik harga saham tertentu karena alasan “saham tersebut masuk indeks MSCI global“.
Apa pula itu MSCI and apa ngaruhnya sama kenaikan harga sahamnya? Oke di artikel ini saya ga bahas MSCI dulu tapi bahas yang simple.
Sesimple bahwa ada saham yang naik turunnya karena dia murni “berbobot” terhadap indeks atau IHSG. Bukan karena fundamental dan teknikal (pendukung kedua analisis ini harap bersabar dan membaca dulu sampai akhir :D).
Sederhananya seperti ini, kamu pasti sudah tahu dan paham kalau ada banyak jenis investor/trader yang ada di Indonesia. Mereka memiliki berbagai kepentingan yang sebagian besar pengin cuan (udah pasti), tapi ada yang berbeda time framenya iya gak?
Ada yang pengin dalam hitungan menit, jam, hari, bulanan atau bahkan tahunan.
Perbedaan time frame itu salah satu alasan ada istilah rebalancing portofolio.
Pemilik dana besar sebut saja asset management yang mengelola reksadana saham misalnya rutin mengubah portofolio saham yang dipegang dengan alasan “minimal menyamai return dari IHSG” (atau apapun yang menjadi indeks benchmark mereka).
Kalau bisa ya kinerja reksadana sahamnya diatas IHSG jadi pada saat dilihat calon klien maka lebih menjual.
Atas dasar itulah bobot saham terhadap IHSG itu menjadi penting, iya gak? Strateginya jadi kira-kira saham apa yang minimal wajib dipegang oleh big funds seperti mereka.
Jawabannya cari saham yang bobotnya terhadap IHSG yang besar juga donk?
Nah atas dasar itu nih saya coba mencari saham apa yang bobotnya besar dan sekaligus sektornya jadi kamu bisa paling tidak mulai mencoba mengkoleksi sahamnya (murni karena alasan minimal menyamai return IHSG, kalau memang pengin ga usah menyamai IHSG its ok yang penting cuan kan :D).
Berikut data bobot saham terhadap IHSG yang diambil dari website Bursa Efek Indonesia posisi per Juni 2022 :
Disini terlihat ternyata market cap bukanlah menjadi patokan utama namun ditambah unsur free floatnya.
Perhatikan di kolom FF MC dimana saham GOTO merupakan saham dengan bobot terbesar saat ini.
Dari beberapa reksadana yang saya cek ternyata sudah ada nih yang memasukkan saham GOTO sebagai portofolio 10 besarnya (btw ini bukan pompom, cuman curious dengan bobot-bobotan terhadap indeks, maklum punya saham ARTO dan nyangkut :D).
ARTO awalnya juga saya buy karena penasaran dari sisi fundamental kan belum oke tapi why harganya naik?
Jadi coba melihat dari banyak sisi ketika itu dan pada saat GOTO menjelang dan sudah IPO, saham ARTO literally to the moon (tapi moonnya dibawah planet bumi :D) jadi turun kena gaya gravitasi..pengalaman berharga nih.
Versi singkatnya adalah bobot saham terhadap IHSG itu ngaruh ternyata, tapi ga sustainable juga karena bobot bisa berubah-ubah apabila ada saham yang baru IPO dan tergolong giant seperti GOTO.
Apa itu free float bisa kamu baca di artikel : Apa yang dimaksud dengan Free Float dalam saham
Bagaimana dengan sektor sahamnya?
Nah kalau dari sisi sektor bisa dilihat di grafik pie chart dibawah ini :
Sektor finance masih merupakan sektor dengan bobot terbesar.
Jadi kamu yang ingin menyamai banget IHSG tinggal membuat portofolio misal terdiri dari 10 saham maka minimal 3 saham ada di sektor finance (tapi bingung lagi nyari sahamnya yang mana ya ? :D)
Oke ini kan simplifikasinya saja jadi milih sahamnya bisa kamu baca artikel yang ini : Cara screening saham atau 4 rasio yang digunakan untuk menilai saham
Atau kalau ga ada waktu untuk membaca laporan keuangan emiten atau memperhatikan hal-hal seperti bobot saham terhadap IHSG kamu bisa mencoba melihat Ebook Analisis Saham Pilihan PintarSaham yang diupdate tiap kuartal. Akhir kata semoga cuan untuk kamu dan kita semua.