Bank Besar Mana Yang Paling “Gila” Melakukan Promosi “Bakar Duit”?: BBCA vs BMRI vs BBRI vs BBNI vs BNGA vs BBTN vs NISP vs BDMN vs PNBN vs BTPN, Apakah Perlu Melakukan Promosi Seperti Bank Digital? 

List Saham

Bank Besar Mana Yang Paling “Gila” Melakukan Promosi “Bakar Duit”?: BBCA vs BMRI vs BBRI vs BBNI vs BNGA vs BBTN vs NISP vs BDMN vs PNBN vs BTPN, Apakah Perlu Melakukan Promosi Seperti Bank Digital? 

Penulis     : I Kadek Yoga Dwiantara

Instagram     : yogadwiantara_

Di dua artikel sebelumnya, telah dijelaskan mengenai perang promosi bank digital dan bank digital mana yang paling “pelit” bakar duit. Artikel mengenai perang promosi bank digital dapat diakses disini, dan artikel tentang bank digital mana yang paling “pelit” bakar duit dapat diakses disini.

Selain bank digital yang sudah dibahas, di Indonesia juga terdapat perusahaan perbankan besar yang tentunya sudah tidak asing lagi ditelinga teman teman, sebut saja BBCA perusahaan perbankan swasta terbesar di Indonesia, BBRI perusahaan perbankan BUMN yang terkenal dengan kantor cabang yang sampai ke pelosok-pelosok desa, BBTN perusahaan perbankan yang terkenal dengan kesuksesannya dalam pemberian fasilitas KPR. Nah, teman teman pernah terpikirkan tidak, apakah perusahaan perbankan yang sudah besar perlu melakukan promosi untuk meningkatkan pendapatannya?

Pada artikel kali ini akan dibahas mengenai bagaimana beban promosi sepuluh perbankan besar di Indonesia, dan bagaimana hubungan beban promosi terhadap pendapatan perbankan besar di Indonesia. Berikut saya sajikan data mengenai revenue, beban promosi dan perbandingan beban promosi dengan revenue perbankan.

 

Saham  LK  Revenue (M) Beban Promosi (M) Beban Promosi

/

Revenue

BBCA LK Q4 2021 56.135 964 1,72%
BMRI LK Q4 2021 73.062 1.390 1,90%
BBRI LK Q4 2021 114.094 1.572 1,38%
BBNI LK Q4 2021 38.246 921 2,41%
BNGA LK Q4 2021 13.088 283 2,16%
BBTN LK Q4 2021 12.991 340 2,62%
NISP LK Q4 2021 7.643 205 2,68%
BDMN LK Q4 2021 13.747 180 1,31%
PNBN LK Q3 2021 7.180 32 0,45%
BTPN LK Q4 2021 11.143 172 1,54%

Dari data dapat terlihat bahwa dari sepuluh perbankan yang dianalisa, kesepuluh perbankan tersebut tetap mengalokasikan dana untuk melakukan promosi.

Dari data dapat terlihat bahwa BBRI merupakan perbankan yang paling banyak mengalokasikan dana untuk melakukan promosi yaitu sebesar Rp 1,5 T, dan dengan pengalokasian dana promosi tersebut BBRI juga menjadi perbankan dengan revenue terbesar yaitu Rp 114 T. AMAZING, Sang Penguasa Pelosok Desa.

Dari data dapat terlihat bahwa BMRI menjadi urutan kedua perbankan dengan pengalokasian dana promosi terbesar setelah BBRI yaitu sebesar Rp 1,39 T, pengalokasian dana tersebut juga berhubungan inline atau sejalan degan perolehan revenue BMRI yang juga menjadi terbesar kedua setelah BBRI sebesar Rp 73 T. 

The King BBCA ternyata didalam urusan pengalokasian dana untuk melakukan promosi berada di urutan ke 3 dengan pengalokasian dana sebesar Rp 964 M. Hal ini juga inline atau sejalan dengan revenue yang didapatkan BBCA yang juga berada diurutan ketiga yaitu sebesar Rp 56 T.

BBNI, Bank BUMN kesayangan pemerintah menempati urutan ke empat didalam pengalokasian dana promosi dan perolehan revenue, dengan masing-masing sebesar Rp 921 M dana promosi dan revenue sebesar Rp 38 T. Hubungan beban promosi dan revenue BBNI juga memiliki hubungan yang inline atau sejalan.

BNGA dan BBTN serasa seperti anak kembar, dengan perbandingan beban promosi terhadap revenue yang sama-sama berada disekitar angka 2%an, BNGA dan BBTN juga menghasilkan revenue yang hampir sama diangka Rp 13M.

NISP yang perbandingan beban promosi terhadap revenue berada disekitar angka 2%an mirip BNGA dan BBTN, tetapi dari segi revenue tidak mampu memperoleh revenue yang sama dengan BNGA dan BBTN. NISP hanya mampu memperoleh revenue sebesar Rp 7,6T. 

BDMN dengan hanya dana promosi sebesar Rp 180 M dapat menghasilkan revenue sebesar Rp 13 T, mengungguli beberapa pesaingnya, menarikkah BDMN?

Dilihat dari data, mesikipun BTPN merupakan bank dengan pengalokasian dana promosi terkecil nomor 2, tetapi revenue BTPN tidak terkecil nomor 2. Dengan pengalokasian dana promosi hanya sebesar Rp 172 M, BTPN mampu untuk mendapatkan revenue sebesar Rp 11 T. Agak aneh BTPN yang punya divisi bank digital Jenius tapi ternyata promosinya sangat kecil. Apakah ini menandakan BTPN merupakan bank yang efisien? Apakah ini menandakan manajemennya yang solid? 

Dari data juga terlihat bahwa PNBN yang paling sedikit dalam mengalokasikan dana untuk promosi hanya sebesar 32 M, dan ini juga inline atau sejalan dengan revenue yang didapat yaitu Rp 7,1 T, terendah diantara sembilan bank lainnya. 

Kesimpulan :

Meskipun sudah menjadi bank besar dan dipercaya masyarakat, perbankan-perbankan besar juga harus tetap melakukan promosi untuk memaksimalkan pendapatannya. Selain itu, promosi juga bertujuan agar perusahaan dapat survive ditengah pesatnya persaingan yang ada saat ini 

Mayoritas beban promosi memiliki hubungan yang inline atau sejalan dengan revenue perusahaan. 

I am Not a Professional Financial Analyst and Advisor. Instrumen saham dan kripto adalah investasi yang beresiko tinggi. Resiko duit hilang 100% tetap ada. So be wise. Keputusan Jual dan Beli ada di Tangan Masing-masing. Disclaimer On.

Untuk Update Insight Pintarsaham bisa di Channel Telegram Skydrugzstock

Beli Merchandise Kaos Pintarsaham.id di tokopedia.com/pintarsaham

Gunakan kode voucher PINTARSAHAM untuk dapatkan cashback 15%

Kalau niat buka tabungan Bank Jago untuk dapat cashback 25.000 gunakan Referal bank Jago DRS4DBA0 https://jago.com/download

Kalau mau buka rekening Bank Neo Commerce untuk dapat cashback bisa pakai link ini https://s.bankneo.co.id/qPJh00 atau kode referal R35000

Bila ingin mendaftar menjadi member Pintarsaham.id bisa hubungi Admin Pintarsaham.id via WA +62 831-1918-1386

Jika anda menyukai artikel ini jangan lupa untuk berlangganan di Youtube Channel Pintar Saham dan nantikan video edukasi tentang saham di channel tersebut. Jangan lupa melihat Facebook Fan Page Pintar Saham Indonesia dan Instagram Pintar Saham @pintarsaham.id

Disclaimer :

Penyebutan nama saham (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, atau pun rekomendasi jual beli atau tahan untuk saham tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.

Share this post :
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *